Pria yang akrab disapa Enggar itu pun menilai bahwa langkahnya ini tak akan memiskinkan para petani. Sebab para petani juga menjadi bagian dari konsumen. Sementara kenaikan harga beras yang meroket ini akan meningkatkan laju inflasi, sebab itu keputusan mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton ini dipilih agar harga beras kembali stabil.
"Jangan kita pertentangkan seolah impor akan memiskinkan petani. Petani tetap, dia adalah konsumen. Kenaikan beras yang tinggi itu meningkatkan laju inflasi, karena beras berikan kontribusi terhadap inflasi yang tinggi," kata Enggar di Kemendag, Jakarta, Jumat (13/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di kampung saya, rakyat makan nasi aking. Apa akan kita biarkan itu? Saya lakukan kebijakan impor untuk mengisi pasar," tambahnya.
Lebih lanjut Enggar menjelaskan, bahwa impor bukan hal baru untuk dilakukan. Sebab, pada dasarnya dalam dunia perdagangan pasti ada impor dan ekspor.
Apalagi, kata dia, saat ini Indonesia tengah mengalami kekurangan pasokan beras, sehingga impor menjadi solusi sementara hingga harga beras kembali normal.
"Jadi, ini solusi yang temporary sampai kondisi harga stabil dan stok mulai panen. Dengan impor ini, maka sekaligus saya berikan warning kepada seluruh pemain beras jangan pernah menimbun dan menyimpan beras kosong," pungkasnya. (zlf/zlf)