"Jadi, gini itu adalah swasta dan ini (Rp 100 ribu) bukan tarif yang diwajibkan untuk mendapat keuntungan. Jadi kita sifatnya bisa mengimbau ke masyarakat," kata Budi di kantor Jasa Marga Tol Cikampek, Minggu (21/1/2018).
Menurut Budi, dirinya tak bisa memaksakan tarif KA Bandara Medan-Kualanamu lebih murah dari harga saat ini. Hal itu disebabkan tidak adanya skema substitusi yang dilakukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi mencontohkan tarif Kereta Bandara Jakarta ke Soekano-Hatta bisa diturunkan karena mendapat income yang cukup banyak. Namun hal itu tidak bisa diterapkan di Bandara Kualanamu.
"Kereta Bandara Jakarta ke Soetta bisa kita turunin karena untuk income itu cukup banyak, dari sponsor dari macam-macam. Kalau di Medan itu relatif kecil jadi kita juga tidak bisa memaksakan," jelasnya.
Saat ini tarif Kereta Bandara Soekano-Hatta dipatok Rp 75.000 sekali jalan. Namun ada rencana tarif tersebut naik menjadi Rp 100.000 sekali jalan.
Dalam poling yang dilakukan detikcom, pembaca ditanya pendapatnya, apakah tiket kereta bandara Rp 70.000 sudah cukup atau perlu dinaikkan menjadi Rp 100.000 sekali jalan per penumpang.
Mayoritas pembaca menyebut tidak perlu. Total ada 84% yang menganggap tiket tak perlu naik, sedangkan 16% sisanya tak keberatan tiket naik dan menganggapnya perlu.
Mereka banyak membandingkan dengan moda transportasi lain seperti taksi dan bus. Jika naik menjadi Rp 100.000, mereka memilih bus karena harganya lebih murah.
Tapi ada juga yang tidak keberatan dengan tiket Rp 100.000, karena di Bandara Kuala Namu pun tiket kereta bandara dibanderol seharga Rp 100.000 menuju Stasiun Medan kota. Mereka juga menganggap sepadan dengan layanan yang diberikan dan efisiensi waktu.