Menurut Arief, peringkat daya saing Indonesia masih memiliki potensi besar untuk naik ke peringkat teratas. Kunci utamanya adalah meningkatkan akselerasi di bidang perizinan.
"Tantangan bangsa ini adalah kecepatan, speed, karena flow of people itu sangat lambat sekali di Indonesia dan ujungnya itu sudah saya kasih tahu, itu hampir semuanya terkait dengan perizinan," kata Arief di lokasi, Selasa (30/1/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia, kalau mau deregulasi total ini sulit. Kita ada 550 kota. Kalau mau gampang, buatlah KEK (kawasan ekonomi khusus) untuk investasi sebanyak-banyaknya, karena di KEK bisa buat aturan khusus. Kalau saya atau Presiden mau transformasi semua, butuh waktu 50 tahun-100 tahun, seperti restorasi Meiji. Tapi kalau dengan KEK, bisa saat ini juga," kata dia.
Ia pun mencontohkan, Jepang bisa meningkatkan jumlah wisatawannya hingga dua kali lipat dari tahun 2011 ke tahun 2013 dengan melakukan deregulasi.
"Dan dia itu seperti kita dia di pariwisata, dari 9 juta (jumlah wisatawan) menjadi 20 juta dalam waktu 2 tahun. Vietnam pun juga melakukan deregulasi besar-besaran," tuturnya.
Saat ini, peringkat daya saing global Indonesia saat ini masih menduduki peringkat 36 atau naik 5 peringkat dari posisi sebelumnya yang berada di peringkat 41. Cuma. peringkat daya saing Indonesia masih di bawah negara tetangga di Asean yakni Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. (hns/hns)