Nantinya konsorsium tersebut akan bekerjasama dengan Pertamina dalam bentuk joint venture untuk membangun kilang berkapasitas 300 barel per hari (bph). Adapun nilai investasinya ditaksir mencapai US$ 10 miliar atau setara Rp 130 triliun.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ardhy N Mokobombang mengatakan, salah satu alasan pihaknya memilih kedua perusahaan tersebut berdasarkan latar belakangnya. OOG, perusahaan asal Oman itu dipercaya mampu menyuplai minyak mentah (crude) untuk kebutuhan kilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu seluruh kebutuhan dana untuk membangun kilang tersebut akan difasilitasi oleh OOG melalui pemerintah Oman. Sementara COI yang berasal dari Jepang bertugas sebagai marketing untuk mengekspor produknya.
Untuk tahap awal porsi kepemilikan Pertamina di kilang tersebut hanya 10%. Meski begitu Pertamina mendapatkan hak untuk memasok sampai 20% dari minyak mentah GRR Bontang, lalu juga Product Offtake di mana Pertamina tidak memberikan jaminan offtake, serta Pertamina bersedia bekerjasama untuk joint marketing.
Kilang tersebut akan memproduksi BBM seperti avtur yang rencananya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara untuk hasil produk solar akan di ekspor.
"Kita akan merencanakan, dalam desain kilang ini, kita akan coba minimize produksi dari diesel itu sendiri. Ini akan kita coba bersama dengan partner untuk desain sesuai kebutuhan di dalam negeri," tandasnya. (dna/dna)