Kepala Bappenas Sebut Ekonomi Digital Bisa Atasi Kemiskinan

Kepala Bappenas Sebut Ekonomi Digital Bisa Atasi Kemiskinan

Fadhly F Rachman - detikFinance
Rabu, 21 Feb 2018 17:32 WIB
Foto: dok. Bappenas
Jakarta - Pemahaman masyarakat Indonesia terhadap sektor digital tercatat 58,3% di 2016. Sementara, penetrasi penggunaan internet di Indonesia juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Demikian diungkapkan Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam diskusi Digital Ekonomi di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Rabu (21/2/2018).

Bambang mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia sudah cukup siap dengan hadirnya teknologi digital. Dia mencatat, untuk penetrasi internet di 2013 mencapai 38 juta orang, kemudian meningkat di 2015 menjadi 88 juta, dan diperkirakan pada 2020 mencapai 145 jiwa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi tingkat penggunaan internet di Indonesia lama-lama semakin luar biasa. Dari 2013 ke 2020, atau dalam tujuh tahun naiknya di atas 100 juta dalam waktu pendek," katanya.

Namun di tengah era perkembangan digital ini, kata Bambang, Indonesia masih menghadapi masalah ketimpangan serta kemiskinan. Dia pun mengatakan ekonomi digital pada dasarnya bisa ikut membantu menyelesaikan masalah ketimpangan serta kemiskinan, namun bisa juga memperburuk keadaan.

"Kalau kita lihat bicara ekonomi digital secara ketimpangan, maka reaksi pertama adalah ekonomi digital akan memperburuk ketimpangan? Maka jawabannya iya, karena ada orang yang berfikir cepat sekali mengikuti era digital, ada yang ketinggalan, atau malah yang menjadi korban akibat ekonomi digital," jelasnya.

Bambang menuturkan, di satu sisi ekonomi digital bisa membuat beberapa pihak kehilangan pekerjaan karena kemudahan yang ditawarkan. Namun di sisi lain, ekonomi digital juga bisa menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang membantu mengurangi ketimpangan serta kemiskinan.

"Karena kalau kita lihat contoh Go-Jek misalkan, orang-orang yang tadinya jadi sopir atau ojek, itu adalah pekerjaan informal. Mereka pekerja sendiri, sektornya informal tidak punya jaminan kesehatan, tenaga kerja segala macam, dan tidak tercatat pembayar pajak. Nah dengan jadi Go-Jek, maka semua sopir yang ikut berubah jadi formal dengan segala jaminan," kata dia.

Artinya, kata Bambang, ekonomi digital memiliki dua dampak yang saling bertolak belakang. Oleh sebab itu, masyarakat harus pintar untuk bisa memanfaatkan serta memberi inovasi-inovasi baru agar bisa mendorongnya ke dampak yang positif.

"Selama ekonomi digital itu mengangkat orang-orang yang tadinya di bawah garis kemiskinan, kemudian menjadi di atas, apakah dengan pekerjaan atau usaha, maka itu berpotensi baik," tuturnya. (ara/ara)

Hide Ads