"Nggak (mengkhawatirkan), sebenarnya kurs baru mulai mengkhawatirkan kalau rupiah melemah, IHSG melemah," kata Darmin.
Jika rupiah melemah dan IHSG melemah, kata Darmin menjadi tanda bahwa orang atau investor menjual saham dan instrumen keuangan lainnya, seperti obligasi dan lain sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terjadi bukan itu, artinya mungkin ada yang sudah jual, yang beli ada dari dalam juga. Sehingga dampaknya, tidak membuat pelemahan yang berkelanjutan," ungkap dia.
Jika itu terjadi, Darmin juga mengungkapkan pemerintah masih memiliki Bank Indonesia untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi kita masih punya BI. Sebelum itu pun kita bisa mengatakan penjualan asing terhadap surat berharga kita belum banyak, buktinya IHSG-nya kuat, kecuali kalau IHSG mulai turun terus, nah ini Bank Indonesia harus mulai mengambil langkah kenceng," ujar dia.
Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini lebih disebabkan oleh sentimen negatif dari global salah satunya pidato yang perdana Gubernur The Fed Jerome Powell di hadapan kongres AS.
"Secara fundamental ekonomi kita lihat nggak ada persoalan, tapi kan ada pemicunya, Powell ngomong begini ngomong begitu menaikkan empat kali (FFR), belum tentu sebenarnya. Tapi kan orang udah mulai pasang kuda-kuda. Mereka kan akan menaikkan, tapi karena belum menaikkan ya (rupiah) naik dulu dikit, tapi kan nanti akan tenang lagi. Kalau dinaikkan ya nanti ada riak-riak sedikit, bukan gejolak lah," kata Darmin.