Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan penerimaan ini terdiri dari perpajakan termasuk pajak dan bea cukai sebesar Rp 160,7 triliun atau 9,9% dari APBN.
"Artinya pertumbuhan sekitar 13,6% lebih tinggi jika dibandingkan penerimaan 2017 sebesar Rp 141,5 triliun atau tumbuh 6,8%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (12/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat Rp 39,2 triliun atau sebesar 14,2% dari target atau tumbuh 34%. Tahun 2017 lalu, PNBP tercatat Rp 29,3 triliun atau tumbuh sekitar 23,6%.
Menurut dia lalu PNBP sudah tumbuh tinggi. Tahun ini bisa tumbuh lebih tinggi lagi jika dibandingkan dengan periode 2016 yang tumbuh 5,4%.
"Untuk pajak atau perpajakan, 2016 pertumbuhannya memang masih negatif, karena masih ada praktik ijon," imbuh dia.
Sri Mulyani menambahkan, periode Februari 2018 belanja negara telah mencapai Rp 249 triliun lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 225,6 triliun.
"Bandingkan dengan Februari tahun lalu, belanja negara minus 7,1%. Jadi ini sudah ada kenaikan," ujarnya.
Defisit anggaran tercatat Rp 48,9 triliun atau sebesar 0,33%. Sri Mulyani mengatakan angka ini masih lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dia menyebutkan Februari 2017 defisit tercatat Rp 54,7 triliun atau 0,4%, tahun 2016 defisit tercatat 86,7 triliun atau 0,68%.
Angka ini lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Selain itu dari persentase produk domestik bruto (PDB) juga terus mengalami penurunan.
"APBN kita makin hari makin kelihatan sehat dan baik," ujarnya. (ara/ara)