Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, peningkatan terjadi pada impor migas sebesar US$ 218,6 juta atau 5,08% dan non migas US$ 5,98 miliar atau 31,44%.
"Peningkatan impor migas disebabkan oleh naiknya impor minyak mentah sebesar US$ 505,1 juta atau 50,45%, meskipun hasil minyak dan gas turun masing-masing US$ 267,2 juta atau 9,42%," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan Indonesia memang paling banyak mengimpor bahan baku atau bahan penolong dengan persentase 74%, kemudian diikuti barang modal 15,85% dan terakhir barang konsumsi 9,72%.
Suhariyanto menjelaskan, untuk barang konsumsi seperti impor beras tahun ini sebanyak 500.000 ton yang berasal dari Vietnam dan Thailand menjadi salah satu penyebab meningkatnya impor Indonesia.
Baca juga: Ekspor RI Naik 11,7% di Februari 2018 |
Setelah itu jeruk mandarin dan jeruk Kino dari Pakistan. "Sejumlah barang konsumsi itu menyebabkan kenaikan impor Indonesia," imbuh dia.
Selain itu, impor yang mengalami peningkatan adalah serealia yang meningkat US$ 62,7 juta, kapal laut dan bangunan terapung. Bahan bakar mineral, biji, kerak dan abu logam kemudian gula dan kembang gula.
(dna/dna)