Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, impor beras yang dilakukan pemerintah sebanyak 500.000 ton dari Thailand dan Vietnam menyebabkan peningkatan.
"Memang untuk barang konsumsi ada kenaikan, karena kita tau ada impor beras yang dilakukan setengah juta ton," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data BPS, beras impor yang masuk ke Indonesia selama Februari 2018 tercatat 272.898 ton atau setara dengan US$ 130 juta.
Kemudian untuk impor beras konsumsi yang melalui Perum Bulog tercatat 230.000 ton terdiri dari beras Thailand 120.000 ton sebesar US$ 56,6 juta dan Vietnam 110.750 ton atau sebesar US$ 51,57 juta.
Dia menjelaskan, selain impor barang yang turut mengerek nilai adalah pesawat latihan atau aeroplane sebesar US$ 27,8 juta. Kepala Subdirektorat Impor BPS, Rina Dwi Sulastri mengatakan, impor aeroplane terjadi secara musiman.
Menurut dia, impor ini terjadi untuk pertama kalinya tahun ini. "Seasonal (musiman) saja Februari tahun lalu kan tidak ada," ujar dia.
Karena adanya hari raya imlek, impor jeruk Mandarin tercatat mengalami peningkatan menjadi US$ 19,8 juta pada Februari 2018 naik 38,8%. Namun jika dibandingkan Februari 2017 lalu sebesar US$ 12,1 juta.
Kemudian, disebutkan impor bom, seperti granat dan torpedo selama Februari 2018 tercatat US$ 18 juta naik 86,67% dibanding periode yang sama bulan lalu US$ 2,4 juta. Begitu juga dengan tank atau alat perang lainnya US$ 21,2 juta, naik 95% dari Februari 2017 yang hanya sebesar US$ 0,2 juta.
Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia di sepanjang Februari 2018 defisit US$ 120 juta. Nilai ekspor di 2017 mencapai US$ 14,10 miliar, sedangkan impor mencapai US$ 14,21 miliar.
"Neraca perdagangan defisit tipis dibanding Januari. Tapi ini perlu menjadi perhatian karena sudah 3 bulan berturut-turut sejak Desember (2017), Januari dan sekarang Februari," kata Kepala BPS Suhariyanto. (dna/dna)