Demikian dikutip dari Reuters, Jumat (23/3/2018). Aksi korporasi ini dilakukan Rio Tinto dalam rangka meninggalkan bisnis batu bara yang semakin surut dan memperkuat bisnis bijih besi, tembaga dan aluminium. Rio juga tengah dalam proses penjualan sisa aset proyek tambang batu bara di Kestrel, Australia.
"Kami percaya perjanjian penjualan Winchester South merupakan pilihan terbaik untuk pengembangan proyek di masa depan sekaligus memberikan nilai yang menarik bagi Rio Tinto," kata CEO Rio Tinto, Jean-Sebastien Jacques.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek batu bara yang berlokasi di Winchester South, bagian timur laut Queensland ini akan dibayar dengan uang tunai dan diharapkan rampung pada kuartal kedua tahun ini. Sementara 25% saham yang tersisa akan tetap dimiliki oleh perusahaan pengembang properti, Scentre Group.
Sebagai informasi, saat ini beberapa investor menghindari bahan bakar karena kekhawatiran tentang perubahan iklim dan karena lebih banyak energi alternatif lingkungan lain yang kini harganya menjadi lebih kompetitif. Penghasilan penambang batu bara tahun ini terbantu oleh kenaikan harga batu bara.
Rio Tinto sendiri juga memiliki participating interest sebesar 40% di PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak 1995. Saat ini, PT Inalum tengah berupaya mengakuisisi 40% participating interest yang dimiliki Rio Tinto tersebut dan akan dikonversi menjadi saham PT Freeport Indonesia sebagai upaya memiliki mayoritas kepemilikan saham di PTFI.