Menteri Pertanian (Amran), Amran Sulaiman, menyebut kalau penambahan produksi bawang putih akan mengadopsi pola yang sudah dilakukan pada komoditas jagung. Sejumlah langkah sudah disiapkan untuk percepatan swasembada.
"Indonesia pernah impor jagung 3,6 juta ton, dengan nilai Rp 12 triliun. Sekarang, kita sudah balikkan menjadi ekspor ke Filipina dan Malaysia, langsung dari Gorontalo, Makassar, dan Sumbawa," kata Amran di Jakarta, Rabu (28/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: RI Impor 196.000 Ton Bawang Putih |
Amran mengklaim, dirinya tidak sedang berkhayal soal percepatan bawang swasembada putih. Sebab, sentra baru pengembangan bawang putih seluas 116 hektare di Kabupaten Banyuwangi berhasil panen perdana pada pertengahan Maret lalu.
Padahal, sambungnya, kawasan di lereng Gunung Ijen itu sebelumnya hanyalah hamparan hutan yang tidak produktif. Bawang putih di lahan tersebut ditanam oleh perusahaan importir.
Baca juga: Mendag: Bawang Putih 95% dari Impor |
Dia menuturkan, Banyuwangi adalah cerita sukses bagaimana Peraturan Pertanian Nomor 38 tahun 2017 dijalankan dengan baik. Terobosan kebijakan itu berisi kewajiban pelaku usaha untuk menanam dan menghasilkan bawang putih sebanyak 5% dari volume permohonan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).
Penanaman di kawasan di ujung Timur Jawa itu juga merupakan salah satu dari upaya pemerintah, untuk membuka lahan untuk produksi bawang putih. Hasil perhitungan Kementan, untuk mencapai swasembada dibutuhkan lahan seluas 73 ribu hektar, dengan target produksi 600.000 ton.
"Kita tahu, tahun 2014 lahan bawang putih hanya seribu hektar lebih. Tahun 2018, Insya Allah sudah 15.000 hektar. Naik sekitar 1.000%. Tahun depan diharapkan bisa 45.000 hektar. Tahun 2021 paling lambat sudah bisa swasembada bawang," tambahnya.
Sementara itu, Direktur Sayuran Ditjen Holtikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menyatakan fokus untuk swasembada bawang putih di tahun 2017 sampai dengan saat ini, mulai menunjukkan hasil nyata.
Pertanaman telah dilakukan di sejumlah daerah seperti Temanggung, Karanganyar, Lombok Timur, Karo, Kota Batu, Banyuwangi, Lombok Timur dan Bima diperkirakan telah mencapai 5.000 hektar. Sebagian besar akan dipanen di tahun 2018.
"Pertanaman oleh importir sendiri turut menyumbang telah menyumbang 1.400 hektar. Sejak Januari sampai dengan minggu ketiga Maret 2018, Kementan telah menerbitkan RIPH bawang putih kepada 45 perusahaan yang telah terverifikasi dan memenuhi wajib tanam 5% nya," kata Prihasto.
"Di tahun 2018, telah dialokasikan APBN untuk pengembangan kawasan bawang putih seluas 7.017 hektar yang tersebar di 79 kabupaten," tambahnya.
Baca juga: RI Impor 196.000 Ton Bawang Putih |
Untuk mengantisipasi dampak program swasembada ini terhadap harga jual ke konsumen, pemerintah juga realistis. Menurut Prihasto, diperlukan dukungan dari hulu ke hilir terhadap petani, penangkar dan pelaku usaha bawang putih diharapkan dapat mengurangi beban biaya (nwy/idr)