Membandingkan Infrastruktur Asian Games Zaman Sukarno dan Jokowi

Membandingkan Infrastruktur Asian Games Zaman Sukarno dan Jokowi

Trio Hamdani - detikFinance
Minggu, 15 Apr 2018 18:28 WIB
Foto: Muhammad Abdurrosyid
Jakarta - Tahun ini Indonesia kembali menjadi tuan rumah ajang olahraga tingkat Asia, Asian Games 2018 setelah terakhir kalinya menjadi tuan rumah ajang olahraga paling prestisius se-Asia tersebut 56 tahun yang lalu. Saking bergengsinya ajang ini, Indonesia mencetak sejarah dengan menyiapkan dua kota yakni Jakarta dan Palembang untuk penyelenggaraan acara tersebut.

Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games juga menjadi momentum Indonesia melakukan sejumlah pembangunan yang cukup masif dan bersejarah. Sama halnya dengan Asian Games perdana Indonesia menjadi tuan rumah di tahun 1962, momen tersebut menjadi awal dikebutnya sejumlah pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, detikFinance mencoba membandingkan sejumlah infrastruktur yang dibangun saat Asian Games tahun ini dan di tahun 1962, saat Indonesia masih dipimpin oleh Presiden pertama Soekarno. Seperti apa bedanya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun 1962, ada banyak infrastruktur baru yang bersejarah bagi Indonesia yang dibangun. Sebut saja pembangunan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi stadion sepakbola terbesar di Asia Tenggara bahkan salah satu yang terbesar di dunia saat itu. Kemudian sejumlah venue olahraga lainnya di kawasan yang sama di Senayan, seperti stadion renang, stadion tenis, Istana Olahraga (Istora), gedung bola basket hingga pembangunan gedung Televisi Republik Indonesia yang saat itu disiapkan sebagai stasiun televisi penyiaran acara akbar tersebut.



Sama seperti pembangunan infrastruktur saat ini, pembangunan Stadion Utama GBK saat itu juga didanai utang melalui kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.

Sejak resmi terpilih sebagai tuan rumah di tahun 1958, Indonesia hanya memiliki waktu kurang dari 4 tahun untuk mempersiapkan pelaksanaan Asian Games di Jakarta. Hal tersebut juga berlaku untuk Asian Games di tahun 2018.

Presiden Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia saat itu betul-betul bersemangat dalam membangun berbagai infrastruktur baru pendukung acara bergengsi dunia itu. Dia bahkan menekankan bahwa berapapun biaya yang harus dikeluarkan, tidak menjadi masalah baginya asalkan harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia diakui.

Di tangan Sukarno, GBK memiliki Stadion Renang berkapasitas 8.000 penonton, Stadion Tenis berkapasitas 5.200 penonton, Gedung Bola Basket berkapasitas 3.500 penonton, dan Stadion Utama Senayan berkapasitas 100.000 penonton.

Di luar itu, Sukarno juga membangun beberapa bangunan lainnya seperti Patung Selamat Datang di Bundaran HI. Ada juga Jembatan Semanggi hingga Jalan M.H Thamrin yang saat ini masih kita nikmati.

Kala itu tempat menginap para tamu Asian Games disiapkan di Hotel Indonesia. Dari segi transportasi massal, Bung Karno waktu itu memperluas Bandara Kemayoran. Bandara ini menjadi pintu masuk kontingen Asia.



Selang 56 tahun dari momen itu, berbagai infrastruktur yang dibangun untuk menyambut Asian Games ke-4 itu masih ada yang digunakan untuk yang ke-18 tahun ini.

Dari sisi infrastruktur transportasi, Asian Games tahun ini tentu jauh lebih memadai. Sama seperti tahun 1962, Indonesia juga mencatatkan sejumlah pembangunan infrastruktur bersejarah seperti beragam moda transportasi berbasis rel, mulai dari light rail transit (LRT) Jakarta dan LRT Palembang.

Kendaraan umum berbasis rel tersebut masih terus dikebut pembangunannya agar bisa dioperasikan saat Asian Games di Agustus mendatang.

Tempat tinggal sementara para peserta ajang tersebut pun sudah disiapkan pemerintah yakni di Wisma Atlet Kemayoran yang berjumlah 10 tower, yang terdiri dari 7 tower di Blok D10 dengan 5.494 unit, akan menampung 16.482 orang dan 3 tower di Blok C2 dengan 1.932 unit berkapasitas 5.796 orang.

Blok D10 akan digunakan untuk para atlet, sementara Blok C2 diperuntukan bagi staf penunjang seperti para jurnalis, perawat, official pendukung lainnya.

Yang tidak ketinggalan, venue olahraga di Komplek Gelora Bung Karno (GBK), Senayan pun dirombak besar-besaran untuk menyambut Asian Games 2018. Wajahnya kini tentu berbeda dibandingkan yang diselenggarakan 1962.

Stadion dengan wajah baru ini memiliki kapasitas 80.000 penonton dengan kualitas kursi lebih bagus. Jenisnya satu kursi (single seat) dan lipat (flip up) yang telah memenuhi standar aksesibilitas evakuasi. Setiap kursi mampu menahan beban hingga 250 kilogram dan tidak mudah ditarik sehingga menahan aksi vandalisme.

Stadion ini akan diterangi lampu berkekuatan 3.500 lux yang tiga kali lebih terang dari sebelumnya tapi 50 persen lebih hemat karena menggunakan LED, bukan lagi lampu konvensional.

Ada lapangan hoki seluas 7.616 meter persegi, dengan kapasitas 733 kursi. Sedangkan untuk lapangan panahan memiliki luas 12.142 meter persegi dengan kapasitas 112 kursi dan lapangan ABC memiliki luas 22.419 meter persegi.

Kemudian untuk stadion renang (aquatic) memiliki empat kolam yaitu kolam utama untuk pertandingan (51,20 m x 25 m x 3 m), kolam Polo Air (50 m x 25 m x 3 m), kolam Loncat Indah (21 m x 25 m x 5 m) dan kolam pemanasan (20 m x 50 m x 1,4-2 m).



Begitupun venue olahraga di Palembang juga dipacu. Venue bowling Asian Games 2018 di komplek Jakabaring Sport City (JSC), Palembang telah dibangun dan disebut-sebut sebagai yang termegah di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.

Adanya beberapa keunggulan, salah satunya yang terlihat jelas adalah gedung megah. Termasuk jumlah lintasan bola gelinding yang terpasang sebanyak 40 line di dalam gedung seluas 4.200 meter persegi itu.

Di Palembang, wisma atlet dibagi menjadi tiga zona residence dengan konsep hotel bintang 4. Zona pertama adalah athlete village bekas SEA Games 2011, yang terdiri dari tiga gedung. Masing-masing gedung terdiri dari 123 kamar dan setiap kamarnya menampung tiga orang, sehingga, total athlete village terdiri dari 1.178 orang.

Sementara zona residence dua yang berada di belakang dining hall terdiri lima gedung dan masing-masing terdiri dari 64 kamar dan masing-masing menampung tiga orang. Pada zona residence tiga berada 300 meter dari wilayah athlete village zona 1 dan zona dua.



(eds/eds)

Hide Ads