Seperti kisah Garibaldi 'Boy' Thohir, seorang pengusaha sukses yang didapuk sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia. Sama seperti orang kebanyakan, Boy juga pernah mengalami kegagalan.
Boy pertama kali menjadi pebisnis sejak usia 25 tahun setelah dia menyelesaikan pendidikannya di Amerika Serikat. Bisnis yang pertama kali dia jajal adalah properti, meskipun ujungnya dia hanya menjadi calo tanah untuk PT Astra Internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu saya enggak tahu sama sekali batu bara, liat saja enggak pernah. Tapi insting, saya melihat minyak akan habis, tapi batu bara masih banyak di Indonesia. Saya yakin one day pasti batu bara menggantikan minyak," tuturnya saat berbincang dengan detikFinance.
Perusahaan batu bara itu bernama PT Allide Indocoal. Di perusahaan itu Boy hanya memiliki saham 20%. Namun karena komoditas batu bara masih belum booming, perusahaannya tidak berkembang.
Ironisnya lagi, partner usahanya dari Australia itu memilih untuk meninggalkan Indonesia pada 1997-1998 lantaran maraknya aksi kerusuhan. Terpaksa Boy harus melanjutkan usaha itu, meskipun harus menghadapi masalah sengketa tanah dengan masyarakat setempat hingga melunasi utang perusahaan.
Namun untungnya, pada saat itu dia terbesit untuk mendirikan perusahaan pembiayaan untuk kendaraan dengan nama WOM Finance. Kebetulan ayahnya merupakan founder PT Astra Internasional dan dia juga memiliki banyak kolega di perusahaan otomotif tersebut.
"Modal saya mendirikan WOM Finance hanya Rp 5 miliar ditambah dari perusahaan Ometraco Rp 5 miliar dan sisanya utang dari Bank Tiara Rp 50 miliar," kenang Boy.
Singkat cerita, WOM Finance bernasib jauh lebih baik dibanding bisnis batu baranya. Nah di sinilah titik balik Boy menjadi pengusaha sukses.
Ometraco sebagai pendiri WOM Finance ternyata colapse di 2000. Boy pun akhirnya membeli sahamnya. Ternyata perusahaan itu semakin berkembang.
Akhirnya pada sekitar tahun 2003-2004, BII tertarik untuk membeli WOM Finance dengan tawaran harga yang cukup menggiurkan sekitar US$ 150 juta. Padahal WOM Finance dibangun dengan modal hanya Rp 5 miliar.
"Akhirnya saya putuskan menjual 70%, dan saya masih pegang 30%," terangnya.
Uang hasil penjualan WOM Finance itu sebagian dia berikan kepada orangtuanya. Sebagian lagi dia belikan tambang batu bara di Kalimantan Selatan dan membeli saham PT Adaro Energy Tbk dari tangan asing. (zlf/zlf)