Fakta Seputar 'Shinkansen' Made in Madiun

Fakta Seputar 'Shinkansen' Made in Madiun

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Sabtu, 21 Apr 2018 10:44 WIB
Fakta Seputar Shinkansen Made in Madiun
Kereta Shinkansen di Jepang. Foto: Hans Henricus B.S Aron
Jakarta - PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero) mulai mengubah wajah perekeretaapian lokal. Salah satunya dengan mendorong perubahan kereta api dengan desain atau penampilan yang lebih modern.

Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro mengatakan pihaknya secara perlahan mulai mencoba mengubah model kereta api lokal yang aerodinamis. Nantinya, kereta api lokal bakal mirip dengan kereta Shinkansen milik Jepang.

"Meskipun ini hanya penampilan, tetapi ini mengubah struktur seluruhnya, (agar) mukanya kereta jangan dempek lagi, keretanya itu yang aerodinamis. Ini saya akan coba," katanya saat berkunjung ke markas detikcom di Jakarta, Rabu (18/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edi mengatakan saat ini KAI telah memesan 10 rangkaian kereta atau trainset model tersebut kepada pihak PT Industri Kereta Api (INKA). Nantinya, 10 trainset tersebut dapat digunakan untuk perjalanan jarak menengah.

Berikut fakta seputar 'Shinkansen' made in Madiun:
Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan kereta yang dipesan memiliki desain yang aerodinamis, mirip dengan Shinkansen milik Jepang. Nantinya, kereta tersebut bakal memiliki hidung atau moncong seperti pesawat.

Maka untuk mendesain model kereta tersebut, Edi mengatakan pihaknya juga telah meminta bantuan kepada PT Dirgantara Indonesia (PTDI) untuk berkolaborasi dengan INKA.

"Saya telpon ke PTDI, tolong bantu INKA tolong buat hidungnya kereta api seperti pesawat terbang. Jadi itu nanti buatan dalam negeri," kata Edi beberapa waktu lalu seperti ditulis, Jumat (20/4/2018).

Edi mengatakan bahwa perbedaan Shinkansen Made in Madiun yang dipesannya dengan yang di Jepang ialah dari ukuran panjang kereta. Untuk yang Shinkansen Made in Madiun sendiri nanti diperkirakan memiliki ukuran lebih pendek.

Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan langkahnya dalam memperbarui model kereta tersebut tak terlepas dari perhatian pemerintah dalam mendorong moda perkeretaapian sebagai angkutan massal utama.

"Jadi secara prinsip kereta api ini yang terbaik untuk angkutan massal," kata Edi.

Oleh sebab itu KAI juga berupaya terus memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Salah satunya caranya ialah dengan mengubah wajah kereta api lokal menjadi lebih modern.

"Apa sih cirinya modern? cirinya modern sekarang kita sudah bergeser ke kereta listrik. Karena kecepatan tinggi semua pakai listrik, sekarang sudah dimulai," katanya.

Selain menghadirkan kereta bertenaga listrik, KAI juga mencoba untuk menghadirkan perkembangan teknologi dalam perkertaapian. Dari sana, kereta api lokal didorong memiliki jaringan internet untuk memanjakan penumpang.

"Yang kedua IT, jadi IT ini nggak bisa ditinggalkan, kalau bisa seluruh jaringan ini sudah pakai wifi sehingga orang di atas kereta mau berapa jam kalau dia bisa kerja, jauh lebih efektif," jelas dia.

Yang terakhir, sambung Edi, dirinya berencana mengubah wajah kereta api lokal dengan desain yang lebih modern. Yakni dengan menghadirkan kereta ala Shinkansen seperti di Jepang.


Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengatakan untuk tarifnya sendiri saat ini masih belum ditentukan. Namun ia memperkirakan bahwa tarif kereta tersebut tak jauh berbeda dengan kereta yang telah beroperasi.

"Tarifnya mungkin sama (dengan kereta umum). Harapan saya tidak naik," katanya.

Nantinya Shinkansen Made in Madiun ini bakal melayani jarak menengah dan jarak jauh, contohnya Jakarta-Surabaya. Dengan desain yang aerodinamis, maka kecepatan maksimal kereta aerodinamis itu mencapai 150-160 km/jam, atau lebih cepat dari kereta konvensional yang hanya 90-120 km/jam.

Ia mengatakan, dengan kecepatan itu rute Jakarta ke Semarang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam, bahkan Jakarta-Surabaya hanya 5 jam atau lebih cepat dari kereta eksekutif saat ini mencapai sekitar 12 jam.

"Saya minta kecepatan maksimumnya 160 km/jam, sekarang kan baru 110-120 km/jam, kalau kecepatan maksimum dan kita berasumsi relnya juga mampu, Jakarta-Surabaya itu paling 5-6 jam, Jakarta-Semarang paling 3 jam," katanya.

Namun, jelas dia, waktu tempuh itu juga mempertimbangkan bebasnya lintasan sebidang di sepanjang jalur kereta. Sebab, saat ini masih banyak perlintasan liar yang bisa menyebabkan kecelakaan.


Edi Sukmoro mengatakan kecepatan maksimal kereta aerodinamis itu mencapai 150-160 km/jam, atau lebih cepat dari kereta konvensional yang hanya 90-120 km/jam.

Ia mengatakan, dengan kecepatan itu rute Jakarta ke Semarang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam, bahkan Jakarta-Surabaya hanya 5 jam atau lebih cepat dari kereta eksekutif saat ini mencapai sekitar 12 jam.

"Saya minta kecepatan maksimumnya 160 km/jam, sekarang kan baru 110-120 km/jam, kalau kecepatan maksimum dan kita berasumsi relnya juga mampu, Jakarta-Surabaya itu paling 5-6 jam, Jakarta-Semarang paling 3 jam," katanya.

Hide Ads