Pinjaman Kereta Cepat Tak Kunjung Cair, WIKA: Risikonya Besar

Pinjaman Kereta Cepat Tak Kunjung Cair, WIKA: Risikonya Besar

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 24 Apr 2018 20:24 WIB
Foto: Wisma Putra
Jakarta - Keberlangsungan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung hingga kini masih terkendala. Hal itu lantaran pinjaman dari China Development Bank (CDB) tak kunjung cair.

Meski begitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) selaku salah satu anggota konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memberikan sinyal positif. Pencairan dana tahap awal paling lambat akan berlangsung Mei 2018.

"Kereta Cepat, rapat terakhir akan segera ada pencairan dari CDB paling lambat di bulan Mei ini. Karena sudah ada closure dari KCIC dan sponsor dari 4 BUMN, KAI, Wika, PTPN VIII. Kami harapkan di awal bulan depan atau pertengahan bulan depan. Itu akan menghilangkan keraguan semua pihak," kata Direktur Keuangan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Antonius N.S. Kosasih di Kantor WIKA, Jakarta, Selasa (24/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Kosasih mengakui bahwa pencairan dana dari CDB memang lambat, namun hal itu cukup beralasan. Dia menjelaskan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sangat panjang, hal itu membuat CDB bersikap sangat hati-hati.

"Kenapa lambat, Anda bayangkan, proyek kereta cepat itu konsesinya 50 tahun, utangnya itu 40 tahun, 10 tahun pertama grace period, jadi tidak bayar bunga, pokoknya saja," terangnya.

Pembayaran utang pokok baru dilakukan pada tahun ke 11 hingga tahun ke 40 yang sebagian besar dalam bentuk dolar AS. Lalu bunga yang diterima hanya 2% sehingga risiko yang didapat CDB terbilang cukup besar.

"Itu duitnya sangat murah dan risiko yang ditanggung CDB sangat besar. Kalau 40 tahun itu dibagi 5 tahun artinya 8 kali ganti Presiden. Jadi bagi mereka risikonya tinggi, karena itu mereka sangat hati-hati, benar-benar konservatif. Terjadi permintaan dokumen legal yang sangat ketat," tuturnya.



Kosasih menambahkan, porsi pendanaan proyek ini juga diambil CDB sebesar 75%, lalu 10% dari anggota konsorsium dari China, sisanya dari anggota konsorsium lokal.

"Jadi 85% risikonya di China, oleh karena itu mereka sangat hati-hati," tutupnya.

Sekedar informasi, total pinjaman proyek sebesar US$ 5,9 miliar, US$ 1 miliar di antaranya merupakan komitmen pencairan pinjaman tahap pertama dari CDB.

Proyek ini sendiri dikerjakan oleh High Speed Railway Contractor Consortium, gabungan 7 kontraktor yang mengerjakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 kilometer bersama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai pengembang proyek.

Mayoritas pembiayaan proyek akan didanai lewat pinjaman dari CDB, sementara empat BUMN Indonesia dilibatkan dalam pembebasan lahan proyek. Keempat BUMN itu tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang terdiri dari PT WIKA, PT Kereta Api Indonesia, PT Perkebunan Nusantara VIII, dan PT Jasa Marga.

(eds/eds)

Hide Ads