"Kalau itu kan sudah dari dulu ngomongnya besar-besaran mulu. Sudah lah," katanya kepada detikFinance dalam acara Blak-blakan, Jumat (27/4/2018).
Hanif mengatakan pihaknya tak mempersiapkan antisipasi secara khusus menghadapi kemungkinan adanya aksi besar-besaran para buruh. Pasalnya dia yakin May Day bakal berlangsung kondusif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: TKA Ilegal di RI Terbanyak dari China |
Kenapa penting merayakan dengan riang gembira, kata Hanif agar para buruh bisa memotivasi diri mereka menjadi lebih baik dan menumbuhkan optimisme.
"Misalnya kalau berjuang sambil nggak happy itu kan artinya pesimis, jadi kurang termotivasi, cara-cara perjuangannya jadi kurang canggih misalnya begitu" lanjutnya.
Maka itu, kata Hanif pemerintah ingin mendorong perayaan hari buruh bisa dilaksanakan dengan hal-hal positif.
"Kita ingin mendorong May Day dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Yang mau demo monggo silahkan selama tertib dan memenuhi aturan. Yang mau mancing monggo, yang mau jalan santai monggo, yang mau luangkan waktu sama keluarga monggo. Jadi yang positif-positif lah," tutur Hanif.
Selain itu, dia menginginkan sesama buruh agar saling menghargai cara mereka merayakan May Day.
"Jangan ada misalnya yang merasa paling benar. May Day yang paling benar adalah demo misalnya. Itu yang punya keyakinan begitu monggo silahkan saja. Tapi kalau ada teman-teman buruh yang lain yang merayakan dengan cara yang lain kemudian dianggap misalnya salah, itu yang nggak boleh," tambahnya.