Meski masih rugi, Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury menyebut perusahaan berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan operasional sebesar 7,9% menjadi US$ 983 juta atau setara Rp 13,27 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 910,7 juta.
"Secara konsisten Garuda terapkan lima strategis bagaimana optimalisasi aset-aset kita, bagaimana kita konsolidasi optimalisasi aset, pelayanan ke penumpang dan bagaimana ke depan bisa jauh lebih efisien dan gunakan infrastruktur IT itu yang lebih baik lagi," kata Pahala di Kantor Garuda Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kuartal I-2018, Garuda Indonesia mencatat jumlah penumpang sebanyak 8,8 juta atau meningkat 5% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kargo yang diangkut juga naik 3,2% menjadi 111,9 ribu ton.
Pendapatan kargo yang pada kuartal I-2018 tumbuh 9,1% menjadi US$ 61,3 juta atau setara Rp 827,5 miliar.
"Kita nggak bisa hanya bergantung pada pendapatan penumpang. Kalau mau tumbuh itu hanya 5-8% lah. Tapi harus tingkatkan pendapatan kargo," ujarnya.
Tingkat keterisian penumpang (seat load factor/SLF) mencapai 71,4%. Indikator lain yang meningkat antara lain aircraft utilization dari 9,19 jam menjadi 9,41 jam.
Kemudian peningkatan pendapatan anak usaha tercatat sebesar 28,4%.
"Karena Garuda juga dikontribusi perusahaan anaknya, tentu kita ingin pastikan partnership dan kontribusi pendapatan dari anak usaha makin lama makin meningkat," tambahnya. (ara/ara)