Jika dilihat dari laporan keuangan emiten rokok sebenarnya tidak telalu buruk. Seperti misalnya PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) laba bersihnya di 2017 turun tipis 0,71% dari Rp 12,76 triliun di 2016 menjadi Rp 12,67 triliun.
HMSP sebenarnya mencatatkan kenaikan penjualan bersih yang lumayan, dari Rp 95,46 triliun di 2016 menjadi Rp 99,09 triliun. Namun beban pokok penjualan perseroan juga naik dari Rp 761,6 triliun menjadi Rp 74,87 triliun. Laba kotor pun hanya naik dari Rp 23,8 triliun menjadi Rp 24,2 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Saham Produsen Rokok Berguguran |
Pos beban lainnya juga mengalami kenaikan, seperti beban penjualan yang naik dari Rp 6 triliun menjadi Rp 6,2 triliun. Beban umum dan administrasi juga naik dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,8 triliun. Hal itu membuat laba sebelum pajak penghasilan HMSP turun dari Rp 17,01 triliun menjadi Rp 16,89 triliun.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) bahkan mampu mencatatkan kenaikan laba bersih di tahun buku 2017. Laba bersih GGRM pada 2017 sebesar Rp 7,75 triliun, naik 16,07% dari laba bersih 2016 sebesar Rp 6,67 triliun.
Pendapatan GGRM di 2017 juga naik 9,22% dari Rp 76,27 triliun menjadi Rp 83,3 triliun. Meskipun beban biaya pokok penjualan perusahaan juga naik dari Rp 59,65 triliun menjadi Rp 65,08 triliun.
Beban perusahaan lainnya juga tercatat naik, seperti beban usaha naik dari Rp 6,6 triliun menjadi Rp 7,1 triliun. Beban lainnya juga naik dari posisi Rp 13,5 miliar menjadi Rp 32,8 miliar.
Namun untuk PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) bernasib berbeda. Produsen rokok ini mengalami penurunan laba besih di 2017 sebesar 61,81% dari Rp 106,15 miliar di 2016 menjadi Rp 40,53 miliar.
Penjualan bersih WIIM juga tercatat turun 12,4% dari Rp 1,68 triliun menjadi Rp 1,47 triliun. Meskipun beban pokok penjualan perseroan turun dari Rp 1,17 triliun menjadi Rp 1,04 triliun.
Beban usaha perseroan juga tercatat stabil, seperti beban penjualan dari Rp 224,03 miliar menjadi Rp 230,13 miliar, serta beban umum dan administrasi sebesar dari Rp 150,8 miliar menjadi Rp 158,48 miliar.
Sebelumnya, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mulai tren penurunan pada 24 Januari 2018. Pada saat itu saham HMSP turun 4,55% dari Rp 5.500 ke Rp 5.250.
Sejak saat itu saham HMSP terus turun hingga posis kemarin berada di level Rp 3.280. Itu artinya saham HMSP sudah anjlok 40,36%.
Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga mulai jatuh dari tanggal yang sama. Pada 24 Januari 2018 saham GGRM turun tipis 0,09 dari Rp 85.300 ke Rp 85.275.
Sejak saat itu saham GGRM bergerak fluktuatif cenderung menurun. Kemarin saham GGRM sudah berada di level Rp 67.200. Jika dihitung saham GGRM sudah jatuh 21,21% dari posisi tertingginya.
Sementara saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) bernasib sedikit berbeda. Saham ini sebenarnya juga cukup berfluktuatif.
Jika dilihat dari awal tahun saham WIIM mencapai posisi tertingginya pada 26 Februari 2018 yang ditutup di level Rp 296. Namun kemarin saham WIIM sudah berada di level Rp 254 atau sudah turun 14,18%. (Danang Sugianto/fdl)