Orang terkaya ke 38 di Indonesia versi Forbes 2017 ini, bercerita bagaimana semasa muda sering jadi sasaran bully kawan-kawan sebayanya hanya perkara nama yang dianggap aneh.
"Kalau SD saya nggak terlalu merasakan ya. Saya mulai merasakan itu SMP, SMA, itu saya memang merasa mengalami masa masa seperti itu, dibully," katanya saat berbincang dengan detikFinance, pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nama saya aneh kan. Nama Sudhamek itu di Indonesia cuma ada satu itu, sehingga setiap hari kalau absensi itu kayaknya saya kayak diadili gitu. Saya sudah tahu sebentar lagi ini begitu nama saya disebut pasti (murid lain) tertawa. Bayangkan itu setiap hari selama 365 hari dikalikan 3 tahun," ujarnya.
Namun, lama-lama dia terbiasa dengan cemoohan kawan-kawannya itu.
"Saya mulai melakukan perlawanan. SMA kelas 2 dan 3 saya mulai terbiasa, artinya saya mulai pelan-pelan menemukan jati diri saya. Jadi waktu masuk SMA masa masa krisis itu sudah lewat," lanjutnya.
Meski lama-lama terbiasa, Sudhamek mengaku pernah ingin mengganti namanya. Tapi akhirnya niat tersebut dia urungkan, sampai akhirnya nama tersebut masih menjadi identitas dirinya hingga kini.
"Pernah, pernah saya sempat mau ganti nama tapi ya akhirnya (tidak)," tambahnya. (zlf/zlf)