"Kunci pemerintah adalah sekarang harus membuat ekspor maju secapat kenaikan impor kita, dan inilah yang sedang difokuskan oleh pemerintah. Investasi tetap tinggi agar growth tinggi, tapi juga harus dipacu dan diikutsertakan ekspor growth yang sama tingginya," kata Sri Mulyani usai acara pelantikan 366 pejabat eselon III di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (9/5/2018).
Posisi ekspor Indonesia saat ini pertumbuhannya masih separuh dari kinerja impor. Kondisi ini, kata Sri Mulyani, menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi. Dia juga khawatir pertumbuhan impor yang tinggi akan berdampak pada defisit transaksi berjalan yang melebar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BI: Pemerintah Harus Tingkatkan Ekspor |
"Jadi kita sekarang harus membuat struktur ekonomi menjadi jauh lebih kuat, dengan menciptakan industri yang bisa mem-produce bahan baku dan bahan capital, sehingga kita tidak terlalu bergantung, maka proses industrialisasi boleh diteruskan, dan ekspor kita harus dipacu," jelas dia.
Agar kinerja ekspor tumbuh gemilang, pemerintah menyiapkan insentif untuk mendorong ekspor.
"Makanya dalam minggu-minggu ini kita akan menyampaikan di sidang kabinet berbagai paket kebijakan untuk memacu ekspor dan investasi ini. Karena ini adalah untuk menyelesaikan dan meng-address isu yang sifatnya struktural," terang Sri Mulyani.
Insentif yang dimaksud sama halnya seperti tax holiday, tax allowance, namun lebih spesifik kepada industri yang berorientasi ekspor.
"Saya mengatakan insentif misal selama ini kita buat, allowance, holiday maupun yang akan kita tuju untuk export oriented industry maupun yang akan kita lakukan yang sifatnya labour intensif itu akan kita finalkan. Tentu kita lihat minggu depan ketika kita sampaikan pada Presiden," tutur Sri Mulyani. (hns/hns)