Seperti dikutip detikFinance, Minggu (13/5/2018), dalam surat itu tertulis THR Keagamaan diberikan kepada pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus-menerus atau lebih. Kemudian, pekerja/buruh yang mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.
Besaran THR dijelaskan dalam surat edaran tersebut. Bagi pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus atau lebih diberikan sebesar 1 bulan upah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, pekerja/buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus-menerus tetapi kurang dari 12 bulan, THR Keagamaan diberikan secara proporsional. Adapun hitungannya, masa kerja dibagi 12 dikali 1 bulan upah (masa kerja/12 x 1 bulan upah).
Bagi pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas cara menghitung gaji 1 bulannya ialah, jika telah mempunyai masa kerja 12 bulan atau lebih, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan. Lalu, pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja kurang dari 12 bulan, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
Apabila perusahaan menetapkan nilai THR lebih besar di dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, maka THR yang dibayarkan sesuai perjanjian itu.
"THR Keagamaan bagi pekerja/buruh diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan pembayarannya disesuaikan dengan hari raya keagamaan masing-masing pekerja/buruh," bunyi surat edaran itu.
Kemudian, THR Keagamaan wajib dibayarkan 7 hari sebelum hari raya keagamaan. Pemerintah daerah diharapkan turut mengawasi para pengusaha agar membayarkan THR secara tepat waktu. (zlf/zlf)