Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah naik dari level Rp 14,150, Rp 14.175, Rp 14.185 dan akhirnya menembus Rp 14.200.
Imbas langsung dari pelemahan rupiah ini terjadi pada penjual kaos jersey di Tanah Abang. Hal tersebut dikatakan Pedagang Grosir Jersey Tanah Abang, Dewanto. Ia mengaku harus mengurangi keuntungan untuk menutup selisih kurs antara rupiah dan dolar yang semakin jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewanto mengaku semua jersey yang dijualnya merupakan barang impor yang dikirim dari Thailand.
Selisih kurs yang dimaksud mulai terasa ketika dolar AS masih di kisaran Rp 13.000-an hingga kini menjadi Rp 14.000-an.
"Saya kurangi keuntungan 5-7%. Karena impor, yang paling berasa karena selisih kurs" Pedagang Grosir Jersey di Tanah Abang, Dewanto |
"Dia (harga jersey) ngikutin kurs. Dari Rp 13.000, masih bisa untung. Tapi sejak dolar AS Rp 14.000-14.200 dia mulai harus nombok buat selisih kurs rupiah," kata dia.
Dewanto mengatakan ia tidak menaikkan harga jersey yang ia jual.
"Nggak naikin, kalau naikin harga nanti pelanggan pada kabur kan. Soalnya ada beberapa grosir juga yang tetap jual dengan harga yang sama," kata dia
Sementara itu mengutip data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) hari ini di level Rp 14.176.
Kenaikan suku bunga acuan BI, BI 7 Days Reverse Repo Rate menjadi 4,5% belum mampu menahan gejolak dolar AS terhadap rupiah.
Pada Kamis pekan lalu, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7 days repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,25%.
Dengan pelemahan rupiah yang terus terjadi selama beberapa bulan banyak pengusaha yang bergantung pada impor harus menanggung kerugian atas kenaikan harga berbagai item karena mereka harua menanggung biaya kenaikan tanpa bisa tidak bisa menaikkan harga secara fluktuatif kepada konsumen di dalam negeri. (dna/dna)