Menurutnya, masyakarat Babel saat ini hampir tak bisa lepas dari pertimahan. Buktinya, ketika ada perubahan aturan ekspor timah yang membuat para smelter tidak bisa melakukan ekspor selama tiga bulan, pertumbuhan ekonomi di Babel langsung turun drastis dari 5,3 persen ke 2,6 persen.
Baca juga: Mengintip Prospek Kinerja PT Timah |
Erzaldi menginginkan agar transformasi masyarakat tetap dilakukan, dari penambang ke sektor yang lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erzaldi juga mengatakan, sudah waktunya pengusaha tambang timah di Babel menggunakan teknologi ramah lingkungan. Dengan demikian, kerusakan lingkungan bisa diminimalisasi.
"Kerusakan lingkungan memang lebih banyak disebabkan oleh tambang ilegal. Kalau yang legal, itu bagus, malah memerhatikan dampak lingkungan. Untuk masyarakat, kamu boleh menambang, tapi menambanglah di tempat yang benar, dengan cara yang benar," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua DPRD Bangka Belitung Didit Srigusjaya saat dihubungi melalui telepon, membenarkan pernyataan Gubernur Erzaldi terkait jumlah PAD terbesar di Babel saat ini berasal dari tambang timah. Hanya saja, ia tidak bisa memperkirakan sampai kapan hal tersebut berlangsung.
"Apa yang disampaikan gubernur, ada benarnya juga. Kalau langsung cut, ini akan mengganggu kondisi perekonomian Babel," kata Didit.
Baca juga: Genjot Ekspor, RI Bisa Maksimalkan Timah |
Jika akan di-takeover ke sektor lain, lanjut Didit, harus dilakukan secara perlahan, serta tersusun dengan baik dan jelas.
"Sebab, mau tidak mau, suka nggak suka, saat ini kondisi ekonomi Bangka Belitung memang masih didominasi oleh sektor pertambangan," ucapnya. (dna/dna)