Kenaikan bunga acuan disebut akan menghentikan penurunan suku bunga kredit perbankan nasional. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono menjelaskan jika memang terjadi kenaikan bunga acuan dan akan mempengaruhi bunga kredit, maka ada risiko mengganggu pertumbuhan kredit perbankan.
Kenaikan suku bunga bank bisa menimbulkan risiko pertumbuhan kredit yang tidak terlalu tinggi. Pasalnya, bunga kredit yang meningkat akan mempengaruhi permintaan kredit dari debitur ke bank.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, saat ini prioritas bank sentral adalah harus menunjukkan atau menciptakan level nilai tukar yang sesuai dengan fundamentalnya. Dia memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp 13.700-13.900 dan menjaga stabilitas agar tidak timbul kepanikan yang akan mengganggu iklim investasi.
"Nanti jika situasi sudah stabil dan nilai tukar rupiah sudah mencapai ekuilibrium barunya, maka terbuka peluang untuk kembali meneruskan upaya menurunkan bunga," ujar dia.
Tony mengungkapkan, penurunan suku bunga memang tetap menjadi target BI ke depannya. Namun jika di tengah jalan muncul masalah depresiasi yang cukup tajam, maka kebijakan menaikkan bunga bukanlah hal yang salah.
"Untuk strategi jangka panjang, tidak ada salahnya diselingi taktik jangka pendek untuk menaikkan suku bunga," ujarnya.
BI akan kembali menggelar RDG tambahan pada 30 Mei mendatang. BI memberi sinyal akan menaikkan suku bunga acuan sebagai bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomian. (ara/ara)