Dirut Perum Bulog, Budi Waseso, pekan lalu menunjukkan beras sachet ukuran 200 gram. Beras kemasan yang bertuliskan Beras Kita itu akan dilepas ke ritel seharga Rp 2.500.
Baca juga: Beli Beras Sachet atau Karung, Hemat Mana? |
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan menjual beras dalam bentuk sachet 200 gram merupakan salah satu cara menstabilkan harga pangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, untuk ukuran 5 kg, akan lebih hemat membeli beras karung. Uang yang bisa dihemat Rp 3.500.
Sedangkan bila dibandingkan membeli beras eceran yang premium, maka beras sachet lebih hemat Rp 300. Sebab beras premium dipatok Rp 12.800/kg sedangkan beras sachet bila dibeli sebanyak 1 kg hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 12.500.
"Bulog itu diharapkan mampu menjaga stabilitas itu ditentukan oleh kemampuan memiliki stok. Dari semua itu bagaimana diterjemahkan oleh Bulog jadi dari situ, pertanyaannya apakah dengan membuat sachet itu dengan harga Rp 2500 apakah itu sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara umum?" Katanya kepada detikFinance, Senin (28/5/2018).
"Intinya sebenarnya perlu mendapat perhatian adalah masyarakat menengah ke bawah kalau ke atas kan bisa membeli sesuai," kata Sutarto.
Hal itu bila ia bandingkan dengan beras sachet yang dibeli sebanyak 1 kg seharga Rp 12.500. Padahal, bila dengan beras miskin (raskin) beras ukuran 1 kg hanya perlu mengeluarkan uang Rp 1.600.
Sutarto menambahkan pemerintah dinilai belum memprioritaskan masyarakat untuk masalah beras.
"Ya kalau sachet Rp 2.500 itu artinya harga Rp 12.500 (1 kg) apakah mampu masyarakat kelas ke bawah Rp 2.500? Kan sehari bisa 1-2 kg kan. Kalau dulu ada rastra atau raskin Rp 1.600 harganya itu 1 kg,ini belum ada prioritas artinya," pungkasnya. (hns/hns)