Dubes Australia Temui JK Bahas IA-CEPA, Ini Hasilnya

Dubes Australia Temui JK Bahas IA-CEPA, Ini Hasilnya

Noval Dhwinuari Antony - detikFinance
Senin, 28 Mei 2018 18:38 WIB
Foto: Duta Besar Australia untuk Indonesia yang baru, Gary Quinlan AO (Noval-detikcom)
Jakarta - Duta Besar Australia untuk Indonesia yang baru, Gary Quinlan AO menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres. Keduanya membahas kerjasama ekonomi khususnya Indonesian Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

"Secara khusus kami membahas mengenai kerja sama ekonomi kita, hubungan dagang dan hubungan investasi kita. Kita perlu meningkatkan hubungan-hubungan itu dan juga menanggulangi tantangan dalam kerja sama ekonomi (CEPA)," ujar Gary usai menemui JK di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (28/5/2018).

Terkait IA-CEPA, Gery mengatakan saat ini tim negosiasi dari pihaknya sedang berunding. Perundingan melibatkan banyak hal, dan menurut Gery, Wapres JK tertarik untuk mengawasi perundingan kerjasama tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan sekarang kita sedang bertukar draft dan catatan, dan mencari apa yang bisa kita lakukan untuk membuat kedua negara semakin baik lagi dalam memfinalisasikan kesepakatan itu beberapa bulan ke depan," tuturnya.



Sementara itu, Ketua Tim Ahli Wapres JK, Sofjan Wanandi berharap kerjasama IA-CEPA dapat ditandatangani saat PM Australia berkunjung ke Indonesia nanti.

"Ini paling lambat itu tentu Oktober. Cuma kemungkinan besar mereka mau rencanakan menjelang akhir Agustus atau permulaan September. Kemungkinan Agustus padat sekali ada Asian Games, jadi menjelang mungkin antara akhir Agustus atau permulaan September. Kalau itu dia datang khusus untuk menandatangani IA-CEPA, sudah hampir selesai," kata Sofjan.

Menurut Sofjan ada beberapa masalah terkait kerjasama tersebut yang belum diselesaikan. Salah satunya terkait daging sapi, berapa jumlah yang diperbolehkan.

"Mengenai masalah mining yang juga technical assistance nya, mengenai masalah aktivitas perguruan tinggi yang bisa berinvestasi di sini, juga mengenai kalau kita membangun mobil hi tech supaya dia gampang membantu kita menjual di Australia," ungkapnya.



Namun berbagai masalah terkait kerjasama tersebut diyakini dapat selesai sesuai target.

"Sudah hampir selesai kok. Tim kita baru pulang minggu yang lalu, dari Departemen Perdagangan dan sudah lapor kita dan tadi difollow up-kan. Dan biasanya nanti diputuskan wapres komprominya di mana," tuturnya.

"Saya pikir sudah hampir selesai, sebulan ini selesai. Habis drafting baru dibikin agreementnya. Jadi bisa ditandatangan Perdana Menteri dan Presiden akhir Agustus atau permulaan September," imbuhnya.

Sofjan menegaskan, kerjasama tersebut merupakan yang pertama dengan Australia. Jika kerjasama tersebut tercapai, maka Indonesia akan melakukan hal serupa dengan Eropa dan negara lainnya.

"Ini pertama kali, yang paling penting bagi kita. Setelah itu baru kita mulai dengan Eropa dan yang lain lagi," ucapnya.

(nvl/eds)

Hide Ads