Budi menjelaskan jika dilihat dari sisi aset, holding BUMN tambang sudah mempunyai aset total mencapai sekitar US$ 469,7 miliar atau setara Rp 6.566 triliun (kurs Rp 14.00). Aset itu terhitung dari cadangan tambang yang dimiliki holding BUMN tambang.
"Nah yang terpenting itu cadangan bagi perusahaan tambang. Cadangan itu sudah pasti bisa dieksploitasi. Berbeda dengan sumber daya yang belum tentu seluruhnya digarap," tuturnya di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Senin (4/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari total cadangan tersebut yang paling besar adalah cadangan batu bara milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Tercatat cadangan batu bara PTBA mencapai 3,3 miliar ton atau senilai US$ 231 miliar terhitung dari harga jual US$ 70 per ton.
"Jadi kekayaan PTBA itu besar sekali, bahkan lebih besar dari Freeport," tuturnya.
Sayangnya cadangan tidak dihitung sebagai kepemilikan aset. Sebab menurut Kementerian Keuangan aset adalah tanah dan bangunan.
"Ini yang saya bilang ke Bu Ani (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati), utang kita kan besar sekali. Tapi aset bapak-bapak ini kalau dijual asetnya bisa sampai Rp 6.000 triliun. Sayangnya aset dicatat adalah tanah dan bangunan, yang di bawah tanah tidak bisa dicatat. Harusnya ada neraca sumber daya," tuturnya. (hns/hns)