Ekonom PermataBank Josua Pardede menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah harus terus diwaspadai. Menurut dia, rupiah yang terlalu lemah dan tak sesuai fundamentalnya akan mengganggu perekonomian domestik.
Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) harus terus menjaga agar rupiah tetap stabil dengan melakukan pengetatan moneter, sentimen global seperti kebijakan The Federal Reserve (The Fed) hingga perang dagang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Makin Perkasa, Dolar AS Tembus Rp 14.390 |
Josua mengungkapkan, hari ini rupiah melemah paling dalam jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia.
"Hari ini lemahnya paling dalam dibanding negara lain, apalagi kemarin tutup ya. Jadi pelemahannya terasa sekarang," ujar Josua saat dihubungi detikFinance, Kamis (28/6/2018).
Dia menambahkan dalam satu pekan memang terjadi kenaikan imbal hasil pada surat utang negara (SUN) yang menyebabkan adanya penarikan dari investor asing.
Menurut Josua dengan kondisi seperti ini peluang BI untuk meningkatkan suku bunga acuan semakin besar. Dia memprediksi rapat dewan gubernur (RDG) BI yang digelar hari ini dan besok akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin (bps).
Baca juga: Kenapa Dolar AS Terus Dekati Rp 14.300? |
Dia menjelaskan kenaikan ini diharapkan bisa membantu BI untuk menahan tekanan terhadap rupiah.
"Kenaikan bunga acuan menjadi 5% dan langkah BI dengan relaksasi makroprudensial diharapkan bisa menjaga stabilitas nilai tukar," ujarnya.
Selain itu kebijakan yang ditempuh BI diharapkan bisa menjaga momentum pertumbuhan dan tetap menjaga current account deficit (CAD). (ara/ara)