Lawan Dolar AS, Euro dan Poundsterling Senasib dengan Rupiah

Lawan Dolar AS, Euro dan Poundsterling Senasib dengan Rupiah

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 02 Jul 2018 19:37 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) tidak hanya terjadi terhadap rupiah, melainkan juga pada mata uang negara lain.

Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah kembali mengalami penguatan sore ini. Mengutip Reuters, dolar AS sempat menyentuh Rp 14.400.

"Ya memang lagi kuat sekali dolar AS, hari ini euro juga sedikit melemah, poundsterling juga melemah, mata uang kuat dunia juga rata-rata melemah terhadap US$.
Ini isunya memang kebanyakan investor flight to safety, flight to quality, mata uang yang dituju ya dolar AS," kata David saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (2/7/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Nilai tukar dolar AS terhadap euro menguat 0,12% di level 0,85 euro dan terhadap poundsterling menguat 0,37% di level 0,76 poundsterling. Sedangkan dolar AS terhadap rupiah saat ini di level Rp 14.375.

Faktor eksternal masih menjadi momok bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Seperti perang dagang antara AS dengan China serta kenaikan suku bunga The Fed.

Pengaruh yang berasal dari dalam negeri pun satu per satu mulai terjawab, seperti inflasi yang terus terkendali, namun untuk neraca perdagangan yang masih defisit perlu segera dibenahi.

"Iya dolarnya memang lagi kuat sekali, apalagi buat mata uang emerging market yang masih butuh devisa besar untuk defisit transaksi berjalan kita besar.


Dengan dolar AS yang masih perkasa ini, dia berpandangan, jika likuiditas dunia pun menjadi ketat, terlebih lagi para negara tengah berlomba-lomba mempertahankan para investor agar tetap menanamkan dananya.

"Semuanya seperti bank saja, lomba-lomba naikkan suku bunga deposito supaya orang tetap menaruh dananya di dia. Jadi supaya asing itu tetap stay di negaranya masing-masing. Makanya bukan kita saja yang melemah," ujar dia.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar ini pun diramalkan akan terus berlangsung pada semester II-2018.

"Paruh kedua masih sama volatilitasnya masih tinggi," tutup dia. (ara/ara)

Hide Ads