Frans bilang, sejauh ini dia melihat rencana membangun tol di bawah tanah yang terintegrasi bersama dengan fungsi lainnya terowongan cukup sulit untuk diwujudkan. Pasalnya, biaya investasinya menurut dia terlalu mahal.
"Kita masih perlu lihat hitungannya. Terlalu mahal kalau menurut saya memasukan jalan tol ke dalam terowongan. Sudah ada pembahasan tapi kita masih menunggu bagaimana penjelasan hitung-hitungannya," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Jumat (6/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, untuk membangun jalan tol di bawah tanah membutuhkan biaya tiga sampai empat kali lebih mahal dibanding mengerjakan jalan dengan tipe elevated. Hal itu pun menjadi pertimbangan yang sulit.
"Misalnya, kalau jalan layang harganya Rp 3 triliun, sedangkan terowongan bisa Rp 10 triliun untuk jarak yang sama. Susah orang mempertimbangkan kalau harga sampai 3-4 kali lipat," katanya.
"Kalau hitung-hitungannya tidak masuk, susah juga bagi kita. Kita masih menunggu dan lihat hitung-hitungannya. Tapi saya sendiri masih agak, terus terang agak ragu dengan harganya yang mahal banget," tambah Frans.
Proyek JIT sendiri rencananya dibangun mulai tahun ini dan ditarget rampung dalam waktu tiga tahun, yakni tahun 2021. Namun belum diketahui, kapan rencana untuk pengerjaan tol bawah tanahnya.
JIT akan dibangun di bawah tanah di kedalaman sekitar 15 meter, berbentuk semacam terowongan dengan diameter 11 meter yang ada di bawah tanah dan dibangun dua tingkat.