"Inklusi keuangan nasional itu 67,8%. Orang dewasa sudah akses keuangan 67,8," kata Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi serta Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tirta Segara dalam perjalanan menuju Semarang bersama media, Jakarta, Sabtu (14/7/2018).
Meski demikian, pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan masih minim. Tingkat literasi keuangan berada di posisi 29,62%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingkat inklusi keuangan meningkat dibandingkan periode akhir 2017 sebesar 60%. Kemampuan akses keuangan masyarakat ditargetkan mencapai 75% di 2019.
"Perlu genjot terus, tapi kalau hitung-hitungan dan target rasional tingkat literasi akhir 2019 target minimal 35% dari 29%. Sementara target inklusi naik di akhir 2019 75%, tetapi gap masih jauh," ujar Tirta.
Baca juga: Bunga Kredit Naik hingga 6 Bulan ke Depan |
Tonton juga video pernyataan 'Menkeu: Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini Diharapkan Capai 5,4 %'
Untuk mengejar target tersebut, OJK melakukan edukasi terhadap produk keuangan kepada masyarakat. Dengan demikian, diharapkan pengetahuan masyarakat terhadap produk keuangan bisa meningkat.
Salah satu sektor keuangan yang tingkat literasinya masih rendah adalah pasar modal. Untuk menggenjot tingkat literasi di pasar modal, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) menyosialisasikan ragam investasi yang tidak hanya terbatas pada deposito ataupun emas.
"Arahnya bukan ke masyarakat umum tapi fokus ke mahasiswa dan ada beberapa pegawai levelnya mereka cukup paham apa bedanya dengan deposito," kata Tirta.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Hoesen menambahkan, pemahaman terkait pasar modal perlu diberikan sejak bangku sekolah, sehingga pemahaman terhadap produk keuangan di pasar modal juga bisa meningkat.
"Di beberapa negara memang kegiatan edukasi harus berlangsung terus menerus. Upaya sudah dilakukan pendidikan mengenai pasar modal masuk ke pendidikan formal perlu kelihatannya," ujar Hoesen.