Harga Telur Ayam Naik Karena Kurang Pasokan? Ini Jawaban Kementan

Harga Telur Ayam Naik Karena Kurang Pasokan? Ini Jawaban Kementan

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Senin, 16 Jul 2018 19:12 WIB
Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom
Jakarta -

Harga telur ayam mengalami lonjakan di beberapa tempat, misalnya di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat mencapai Rp 29.000 per kilogram (kg) dan di Pasar Senen, Jakarta Pusat sebesar Rp 28.000 per kg.

Kenaikan harga disinyalir karena ada kekurangan pasokan. Apa penjelasan Kementan?

Terkait dengan hal ini, Kementerian Pertanian melalaui Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengklaim di bulan Juni tidak ada kekurangan produksi telur ayam. Pasalnya, berdasarkan perhitungan pihaknya terdapat surplus 2.284 ton telur ayam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Angka tersebut dihitung dari jumlah produksi 153.450 ton dan kebutuhan ada sebanyak 151.166 ton.

"Khusus produksi telur bulan Juni 2018 sebanyak 153.450 ton dan kebutuhan telur bulan Juni sebanyak 151.166 ton, artinya ada Surplus telur di bulan Juni sebanyak 2.284 ton," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima detikFinance, Senin (16/7/2018).

Lebih lanjut, ia memaparkan hingga Juni 2018 terdapat surplus sebanyak 13.197 ton. Angka tersebut dihitung dari jumlah surplus bulan Januari hingga Mei dan ditambah surplus bulan Juni 2.284 ton.

"Total Surplus telur sampai bulan Juni 2018 yaitu sebanyak 13.197 ton. Itu surplus Januari hingga Mei 10.913 ton ditambah 2.284 ton. Tidak ada kekurangan produksi telur sampai bulan Juni 2018," tegasnya.

Sementara itu, pihaknya menilai beberapa faktor yang menyebabkan harga telur dan daging ayam meningkat pasca Lebaran didasari, program Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) yang memberikan bantuan berbentuk 1 kg telur per keluarga miskin, adanya bantuan dari Pemerintah DKI Jakarta berupa telur untuk pengguna KJP.

"Akibat kedua Program tersebut pasokan telur dari sentra produksi telur seperti dari Peternak Blitar ke Jabodetabek yang semula 1 rit, saat ini bisa 3-4 rit, ini baru dari 1 peternak," ungkapnya.


Faktor lainnya dikarenakan banyaknya peternak yang melakukan pemotongan ayam petelur saat Lebaran, kenaikan permintaan karena adanya pesta dan liburan panjanga, serta adanya penghentian pemberian antibiotik yang menyebabkan harga telur menjadi mahal.

Untuk itu, pihaknya bersama berbagai pihak akan melakukan penghitungan ulang terkait kebutuhan telur dan ayam ras dan mengkaji kembali harga acuan telur dan ayam di tingkat produsen dan konsumen dengan Kementerian Perdagangan serta dengan Pinsar akan mengupayakan stabilisasi harga dalam minggu ini.

(dna/dna)

Hide Ads