Salah satunya, kata dia, ialah dengan mendorong pembangunan industri dalam negeri.
"Perang dagang ini sebenarnya peluang untuk kita. Bisa menguntungkan buat kita karena kita bisa menghemat dengan membangun industri dalam negeri menjadi lebih baik," kata dia saat berkunjung ke PT PAL Surabaya dalam keterangan tertulis, Senin (16/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam rapat kabinet kemarin pemerintah telah memutuskan untuk menggunakan produk-produk lokal yang bisa dibangun sendiri. PT PAL ini salah satunya, karena Kementerian Pertahanan adalah pengguna dana kedua terbesar setelah Kementerian PUPR, jadi kita coba sebisa mungkin untuk memanfaatkan dana itu untuk membangun industri dalam negeri sehingga ada nilai tambahnya," jelas Luhut.
Selain itu, Luhut mendapat informasi tentang pembuatan kapal selam ketiga di mana tidak terdapat cacat dalam produksinya. Pembuatan kapal selam ini merupakan kerja sama BUMN tersebut dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kapal selam ini dirakit di galangan PT PAL setelah bagian-bagiannya dikirim dari Korea Selatan. Kapal selam yang diberi nama KRI Alugoro-405 ini direncanakan selesai tahun ini.
"PT PAL juga telah mendapat pesanan Kapal Cepat Rudal (KCR) sebanyak 19 buah dan sedang menyelesaikan pesanan Landing Platform Dock (LPD)-nya yang ke enam, yang tentunya semakin baik dan murah dari produk sebelumnya," tambah Luhut.
"Di sini kita bisa melihat teknologi kita dan kemampuan personel kita untuk mengembangkan peralatan-peralatan militer dan non militer makin baik. Kita juga bisa mengurangi dana-dana impor luar negeri, sehingga menyeimbangkan ekspor-impor, memberi nilai tambah dan mengembangkan tenaga kerja," kata Luhut.
Untuk mengantisipasi perang dagang, Luhut bilang, pemerintah telah berencana merevisi aturan biodiesel 20% (B20) atau bahan bakar nabati 20% untuk digunakan oleh sektor non subsidi.
"Biodiesel B20 akan lebih banyak digunakan, malah jika memungkinkan akan ditingkatkan ke B30 ini akan meningkatkan pemakaian kelapa sawit dan mengurangi impor solar. Selain akan mengurangi pemakaian solar, ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani sehingga harga sawit bisa meningkat sesuai harapan kita di US$ 750-800/ton," ujarnya.