Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pemerintah berupaya untuk menjaga utang dan pembiayaan utang secara hati-hati.
"Kami bertanggung jawab untuk menjaga dengan hati-hati. Bukan berarti kita banting stir, tapi kita juga menjaga ekonomi agar tetap stabil," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Realisasi pembiayaan utang pada Semester I 2018 tercatat Rp 176 triliun atau sebesar 44,09% dari target APBN tahun 2018. Secara detail, target pembiayaan defisit APBN melalui penerbitan Surat Berharga (Neto) untuk APBN tahun 2018 sebesar Rp 414,52 triliun.
Hingga semester I tahun 2018 penerbitan Surat Berharga Negara telah mencapai Rp 192,6 triliun atau 46,46%. Kemudian realisasi pinjaman neto pada semester I 2018 tercatat negatif Rp 16,58 triliun. Pinjaman Dalam Negeri (neto) yang terealisasi negatif Rp 513 miliar yang seluruhnya merupakan pembayaran cicilan pokok dalam negeri.
Sementara itu penarikan pinjaman dalam negeri belum dilakukan hingga akhir semester I tahun 2018.
Pertumbuhan pembiayaan utang menunjukkan tren yang menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017 yaitu 15,28%. "Pembiayaan SBN mengalami tren penurunan sebesar 16,88% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017," kata Sri Mulyani.
Sementara itu untuk pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri mengalami pertumbuhan 77,86% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Tren penurunan juga terjadi pada penarikan pinjaman luar negeri yang turun 9,02% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri mengalami pertumbuhan sebesar 11,81% apabila dibandingkan dengan periode 2017.