Di semester I-2018 ini tercatat meraup laba bersih sebesar Rp 12,2 triliuun. Angka itu naik 28,7% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 9,46 triliun.
"Pertumbuhan laba itu didorong oleh pertumbuhan fee based income sebesar 18,1% menjadi Rp12,9 triliun, yang diiringi dengan penurunan biaya CKPN 15,4%. Penurunan biaya CKPN tersebut merupakan cerminan progres Bank Mandiri dalam menurunkan NPL," kata Direktur Bank Mandiri Darmawan Junaidi di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (19/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bank Mandiri juga mencatatkan pertumbuhan kredit 11,8% secara year on year menjadi Rp 762,5 triliun. Pertumbuhan kredit itu terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit segmen korporasi besar sebesar 22,2% dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 24,8% menjadi masing-masing Rp 296,8 triliun dan Rp 90,6 triliun.
Di sisi lain, biaya operasional berhasil terus ditekan dan hanya tumbuh single digit berkat penerapan prinsip efisiensi secara konsisten di seluruh proses bisnis. Di samping itu, Bank Mandiri juga secara konsisten terus memperbaiki kualitas kredit produktif, antara lain melalui strategi collection yang efektif.
Sementara rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) menurun dari 3,82% pada semester 1-2017 menjadi 3,13%. Hal itu bisa memangkas alokasi biaya pencadangan Bank Mandiri menjadi Rp 7,9 triliun dari Rp 9,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Hingga akhir Juni 2018, total kredit infrastruktur yang disalurkan telah mencapai Rp 165,8 triliun atau 65% dari total komitmen yang diberikan, yaitu Rp 255,3 triliun. Kredit tersebut disalurkan kepada lebih dari 7 sektor yakni transportasi Rp 39,3 triliun, tenaga listrik Rp 36,8 triliun, migas & energi terbarukan Rp 24,1 triliun, konstruksi Rp 18,3 triliun, jalan Rp 10,6 triliun, perumahan rakyat & fasilitas kota Rp 9,5 triliun, telematika Rp 17,5 triliun dan infrastruktur lainnya Rp 9,6 triliun.
Sedangkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Mandiri mencapai Rp 8,27 triliun hingga Juni 2018. Angka itu mencapai 56,8% dari target tahun ini sebesar Rp 14,56 triliun.
Adapun 40,3% dari nilai tersebut atau Rp 3,33 triliun telah disalurkan kepada sektor produktif, yakni pertanian, perkebunan, industri pengolahan, dan jasa produksi. (zlf/zlf)