Bank Indonesia (BI) dan pemerintah pun selalu menyebut biang keladi pelemahan rupiah terhadap dolar negeri Paman Sam ini karena sentimen negatif dari global, seperti dampak perang dagang antara AS dengan China, lalu depresiasi Yuan yang dilakukan beberapa hari belakangan ini. Lalu apakah BI dan pemerintah pasrah?
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, otoritas moneter dan pemerintah terus melakukan upaya untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mirza, langkah BI yang menaikkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate juga menjadi upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Intinya BI melihat bahwa BI sudah menaikkan 100 bps dan pasar keuangan Indonesia sudah cukup menarik dilihat dari interest rate, terhadap India kita sudah lebih baik, kalau dilihat dari fair value dari rupiah juga sekarang sudah menarik, tapi memang situasi globalnya masih tekanan di negara-negara emerging market," papar dia.
Tidak hanya itu, Mirza juga mengungkapkan pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi pada rupiah, melainkan banyak diamali oleh mata uang negara-negara berkembang lainnya.
Negara berkembang yang mata uangnya melemah, Afrika Selatan, Chili, Meksiko, Polandia, India, Brasil, Argentina, dan Turki.
"Semua pelemahannya bahkan lebih dalam dari Indonesia. Jadi nggak harus terlalu jadi issue ya," ujar dia. (dna/dna)