Ketika Orang Miskin di RI Disebut Masih 100 Juta

Ketika Orang Miskin di RI Disebut Masih 100 Juta

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 27 Jul 2018 11:17 WIB
Ketika Orang Miskin di RI Disebut Masih 100 Juta
Ilustrasi Kemiskinan/Foto: Pradita Utama
Jakarta - Angka kemiskinan memang menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah negara. Indonesia sendiri disebut mengalami penurunan jumlah orang miskin yang signifikan, bahkan persentase kemiskinan sudah di bawah double digit.

Namun ada pula kalangan yang menyebutkan, jika angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Bahkan masih di kisaran 100 juta orang dan angka ini merupakan masalah untuk pemerintah.


Mereka mengklaim menggunakan data yang berbeda dengan pemerintah yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu bagaimana sebenarnya angka kemiskinan di Indonesia? berikut ulasannya:
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Maret 2018 jumlah orang miskin di Indonesia tercatat 25,95 juta. Jumlah ini menurun 633 ribu orang dari posisi September 2017 yang sebanyak 26,58 juta.

BPS menyebutkan, jumlah orang miskin di Indonesia sudah berada di posisi single digit. Karena turun 0,30% dibanding September. Pada Maret 2018 posisi persentase kemiskinan tercatat 9,82% lebih rendah dibanding sebelumnya 10,12%.

Namun, angka kemiskinan antara kota dan desa sangat tinggi sekali. Angka kemiskinan di desa 13,20% atau hampir dua kali lipat dibandingkan dengan kota yang sebesar 7,02%.

BPS menyampaikan penurunan angka kemiskinan per Maret 2018 dikarenakan beberapa faktor, seperti inflasi umum periode September 2017-Maret 2018 sebesar 1,92%, rata-rata pengeluaran perkapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40% lapisan terbawah selama periode itu tumbuh 3,06%.

Selanjutnya, bansos dari pemerintah tumbuh 87,6% di kuartal I-2018, selanjutnya adalah program beras rastra dan bantuan pangan non tunai yang tersalurkan sesuai jadwal.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Maret 2018 menyebutkan jumlah orang miskin di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Secara umum baik dari sisi jumlah maupun persentase juga mengalami penurunan.

Pada 1999 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 47,97 juta atau sebesar 23,43%. Kemudian pada 2002 jumlah orang miskin turun jadi 38,39 juta atau 18,2%.

Selanjutnya pada 2003 jumlah orang miskin tercatat 37,34 juta atau 27,42%. Lalu memasuki 2004 juta terjadi penurunan yakni 36,35 juta atau 16,66%. Pada 2005 jumlah orang miskin tercatat 35,30 juta atau 15,97%.

Namun terjadi peningkatan jumlah orang miskin pada periode Maret 2006 yakni menjadi 39,30 juta atau 17,75%. Pada Maret 2007 turun menjadi 37,17 juta atau 16,58%.

Lalu pada Maret 2008 penduduk miskin berjumlah 34,96 juta atau 15,42%. Pada Maret 2009 jumlahnya terus menurun menjadi 32,53 juta atau 14,15%. Periode Maret 2010 tercatat 31,02 juta atau 13,33%.

Memasuki Maret 2011 jumlah penduduk miskin tercatat naik tipis yakni menjadi 30,12 juta atau 12,49%. Kemudian Maret 2012 tercatat 29,25 juta atau 11,96%.

Pada Maret 2013 jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 28,17 juta atau 11,36%. Kemudian Maret 2014 penduduk miskin tercatat 28,28 juta atau 11,25%.

Maret 2015 jumlah orang miskin 28,59 juta atau 11,22%. Memasuki Maret 2016 tercatat 28,01 juta atau 10,86%. Kemudian Maret 2017 penduduk miskin tercatat 27,77 juta atau 10,64%.

Terakhir pada Maret 2018 jumlah penduduk miskin tercatat 25,95 juta orang atau 9,82%.

Secara umum sejak periode 2002 tingkat kemiskinan Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari jumlah maupun persentase.

Namun pada 2006, September 2013 dan Maret 2015 terjadi kenaikan pada jumlah dan persentase penduduk miskin. Jumlah orang miskin pada Maret 2006 tercatat 39,30 juta atau 17,75%. Ini lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2005 yang sebesar 35,30 juta atau 15,97%.

Pada September 2013 jumlah penduduk miskin tercatat 28,6 juta meningkat dibanding periode Maret 2013 28,17 juta.

Kemudian pada Maret 2015 jumlah penduduk miskin tercatat 28,51 juta atau lebih naik dibanding September 2014 sebesar 27,73 juta.

Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2018 mencapai 25,95 juta orang. Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan September 2017.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 1,82 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebesar 128,2 ribu orang, sedangkan di daerah perdesaan turun sebesar 505 ribu orang.

Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 7,26% menjadi 7,02%. Sementara itu, di perdesaan turun dari 13,47% menjadi 13,20%.

Dari data BPS orang miskin di daerah perkotaan tercatat 10,14 juta, turun 128,2 ribu orang dibandingkan periode September 2017 sebesar 10,27 juta. Sementara itu di daerah perdesaan turun sebanyak 505 ribu orang, dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018.

Sedangkan dari segi persentase penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat 7,02% lebih rendah dibanding periode September 2017 sebesar 7,26%. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47%, turun menjadi 13,20% pada Maret 2018.

Persentase kemiskinan di Pulau Jawa per Maret 2018 menurun menjadi 8,94% dari sebelumnya 9,38%. Begitu juga di Sumatera menjadi 10,39% dari 10,44%.

Lalu, di Sulawesi pun menurun menjadi 10,64% dari sebelumnya 10,93%, sedangkan Bali-Nusa Tenggara menjadi 14,02% dari 14,17%, dan terakhir di Kalimantan turun menjadi 6,09% dari sebelumnya 6,18%.

Sedangkan untuk komposisi garis kemiskinan, BPS menjelaskan selama September 2017-Maret 2018 garis kemiskinan naik sebesar 3,63% yaitu dari Rp 387.160 per kapita per bulan menjadi Rp 401.220 per kapita per bulan.

Mantan Staf Khusus Menakertrans yang juga Mantan Kepala Subbidang Statistik Ketenagakerjaan Kemenakertrans Natalius Pigai menjelaskan jika soal reputasi terbaik sepanjang sejarah maka masing-masing presiden yang memimpin memiliki reputasi yang baik sepanjang mereka memimpin.

Dia menyebut bukan hanya Jokowi yang berprestasi, pasalnya pada masa Habibie juga terjadi penurunan angka kemiskinan menjadi 23,42% dari sebelumnya 24,43%.

Demikian pula Gus Dur memecahkan rekor terbaik di zamannya menjadi 18,41%, dan seterusnya akhirnya jaman Jokowi menjadi 9,86% juga terbaik sepanjang sejarah. Dan seterusnya jika siapapun terpilih menjadi Presiden akan memecahkan rekor karena kemiskinan di negeri ini juga seluruh dunia cenderung mengalami penurunan secara alamiah.

Natalius membeberkan data penurunan kemiskinan masing-masing presiden, mana yang terbaik?

1. Habibie hanya dalam setahun menurunkan angka kemiskinan 1,1% yaitu dari 24,43 menjadi 23,42%
2. Gus Dur hanya dalam dua tahun memimpin angka kemiskinan turun sebanyak 5,01% yaitu dari 23,42% menjadi 18,41%
3. Megawati mampu menurunkan angka kemiskinan dalam durasi waktu singkat 2,51% yaitu dari 18,41% menjadi 1,75%
4. SBY periode pertama mampu menurunkan angka kemiskinan sebanyak 2,51% yaitu dari 16,66% menjadi 14,15%
5. SBY periode kedua kemiskinan turun sebanyak 3,46% yaitu dari 14,15% menjadi 10,96%
6. Joko Widodo menurunkan angka kemiskinan sebanyak 1,1% persen yaitu dari 10,96% menjadi 9,86%.

"Dengan demikian Presiden Jokowi dalam jangka waktu empat tahun, hanya mampu menurunkan angka kemiskinan 1,01% Sangat kecil sekali dibandingkan dengan presiden-presiden yang lain. Lebih ironi lagi bahwa Jokowi empat tahun orang miskin turun 1%, sementara orang kaya naik 10%," jelas dia.

Hasil survei terbaru yang berjudul Global Wealth Report 2017 yang diterbitkan oleh Credit Suisse, Indonesia kini memiliki 868 orang super kaya atau yang masuk dalam kategori Ultra High Net Worth Individual (UNHWI). 111 ribu penduduk Indonesia juga digolongkan sebagai miliuner atau orang yang memiliki pendapatan di atas US$ 1 juta atau setara Rp 13,5 miliar (kurs US$ 1: Rp 13.505). Orang kaya meningkat lebih dari 10% hampir tiap tahun.

Kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespons bahwa jumlah 100 juta didasarkan pada 40% orang dengan kelompok berpendapatan rendah. Jika dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 263 juta, maka ada sekitar 100 juta penduduk Indonesia yang berpendapatan rendah.

"Bapak SBY mengatakan bahwa golongan orang miskin yang kita sebut dengan the bottom fourty, 40% kalangan bawah yang jumlahnya sekitar 100 juta orang," kata Wakil ketua Komisi XI DPR RI Fraksi Demokrat Marwan Cik Asan dalam keterangannya.

Dasar penggunaan 40% disebutkannya juga sesuai dengan acuan Bank Dunia yang membagi kelompok penduduk di setiap negara menjadi tiga bagian, yaitu kelompok berpendapatan rendah sebanyak 40%, penduduk berpendapatan menengah 40%, dan penduduk berpendapatan tinggi sebanyak 20%.

"Teori ini digunakan oleh Bank Dunia untuk mengukur tingkat kesenjangan dan ketimpangan ekonomi di suatu negara," ujar Marwan.

"Maka dengan demikian data yang disampaikan oleh Bapak SBY adalah benar adanya atau sesuai dengan fakta," tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2018 jumlah orang miskin tercatat 25,95 juta. Jumlah tersebut didapatkan berdasarkan patokan garis kemiskinan Rp 401.220 per kapita yang naik dari Rp 387.160 per kapita pada September 2017.

"Artinya jika masyarakat di Indonesia punya pendapatan di atas dari batas yang ada per Maret 2018, maka tidak tergolong sebagai orang miskin. Sebaliknya, jika pendapatannya di bawah batas maka masuk ke dalam golongan orang miskin," tuturnya.

Ia menambahkan, jika menggunakan indikator Bank Dunia dalam menentukan batas kemiskinan, yaitu pendapatan sebesar US$ 2 per hari per orang atau dengan kurs Rp 13.000 maka diperoleh angka Rp 26.000 per hari atau Rp 780.000 per kapita per bulan, maka penduduk miskin Indonesia masih sangat tinggi. Penduduk miskin diperkirakan mencapai 47% atau 120 juta jiwa dari total populasi.

Hide Ads