Turki Krisis Ekonomi, Erdogan Berserah Diri Kepada Allah

Turki Krisis Ekonomi, Erdogan Berserah Diri Kepada Allah

Danang Sugianto - detikFinance
Selasa, 14 Agu 2018 08:36 WIB
Turki Krisis Ekonomi, Erdogan Berserah Diri Kepada Allah
Recep Tayyip Erdogan. Foto: REUTERS/Umit Bektas
Jakarta - Mata uang Turki, lira terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Lira telah jatuh ke rekor terendah yang mencapai 6,24 per dolar AS pada Jumat pekan lalu. Mata uang Turki ini telah anjlok hingga 66% sejak awal tahun ini.

Pelemahan mata uang lira terhadap dolar AS ini sendiri terjadi karena kebijakan Presiden Donald Trump yang menggandakan tarif impor bajak dan aluminium dari Turki.

Melalui akun Twitternya, pada Jumat pekan lalu Trump mengumumkan bahwa tarif impor aluminium akan meningkat menjadi 20% dan tarif impor baja akan dinaikkan menjadi 50%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain karena itu, mata uang lira sempat turun saat Recep Tayyip Erdogan dilantik menjadi presiden. Sebab, ia mengangkat Berat Elbayrak, menantunya sendiri, sebagai Menteri Keuangan Turki.

Berikut fakta-fakta di balik krisis ekonomi Turki:
"Jika mereka memiliki dolar mereka, kita memiliki masyarakat, kita memiliki Allah," kata Erdogan serperti dikutip dari CNBC, Senin (13/8/2018).

Dalam pidatonya, Erdogan juga mengatakan bahwa negaranya akan terus tumbuh meskipun mata uang lira terus mengalami pelemahan. Dia bahkan mengingatkan bahwa ekonomi Turki telah tumbuh sebesar 7,4% pada kuartal pertama 2018.

"Kami tidak akan mengizinkan siapa pun untuk menghalangi kami dari tujuan kami. Meskipun serangan dilakukan melalui kurs mata uang, kami akan terus tumbuh pada kuartal kedua dan mengakhiri 2018 dengan rekor yang lebih tinggi," jelasnya.


Erdogan meminta warganya menjual dolar AS untuk membantu penguatan lira.

"Jika ada dolar di bawah bantal, jual!" katanya kepada para pendukungnya di kota Unye, seperti dikutip Reuters, Senin (13/8/2018).

"Jika ada euro, jual juga! Segera bawa ke bank terdekat, ganti dengan lira. Dengan begini kita berjuang untuk mandiri di masa depan. Tunjukkan kepada dunia supaya mereka mengerti," katanya.


Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak pun angkat bicara mengenai pelemahan terhadap mata uang negaranya sebagai upaya untuk meredakan kekhawatiran investor terhadap ekonomi Turki.

Seperti dikutip dari CNBC, Senin (13/8/2018), Berat Albayrak dalam sebuah pidato mengatakan pemerintah akan menjaga independensi bank sentral.

Dia juga berjanji untuk terus menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam melawan inflasi yang saat ini mendekati 16%. Albayrak berbicara mengenao kebijakan ekonomi baru kementeriannya ketika mata uang itu jatuh.

"Salah satu prinsip kami ialah untuk terus memastikan independensi dan memperkuat kebijakan moneter," katanya.

Menariknya, dalam menyampaikan pidato tersebut Berat Albayrak nampak tak henti-hentinya berkeringat. Berkali-kali, dia pun mengelap keringat yang ada di dahinya dengan saputangan putih yang dibawanya.

Hal itupun menjadi perhatian para netizen, khususnya warga Turki. Sebab, Albayrak yang baru menjabat sebagai menteri keuangan itu nampak gugup saat memberikan pidato mengenai masalah keuangan yang menjadi tanggung jawabnya.

Seperti diketahui juga, Berat Albayrak sendiri merupakan menantu dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pengangkatan Albayrak menjadi menteri keuangan itu juga belum lama dilakukan.

Bahkan banyak yang menyebut, diangkatnya Albayrak jadi menteri keuangan jadi salah satu penyebab lira melemah terhadap dolar AS. Sebab, tak lama Albayrak diangkat, mata uang lira langsung jatuh cukup dalam terhadap dolar AS.

Mata uang Turki, lira terus mengalami gejolak pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan mata uang ini telah terjadi sejak awal tahun 2018.

Seperti dikutip CNBC.com, Senin (13/8/2018), pelemahan mata uang Turki ini bahkan telah mencapai 66% sejak awal tahun 2018. Lira mencapai rekor terendah 6,24 per dolar pada Jumat pekan lalu.

Dikatakan juga, bahwa lira telah jatuh ke titik terendah sepanjang waktu di tengah kekhawatiran kebijakan ekonomi pemerintah dengan Amerika Serikat yang tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Hubungan kedua negara masih panas.

Hide Ads