Terkait hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan deflasi terjadi karena stabilnya harga komoditas sepanjang bulan Agustus 2018.
Dengan begitu, ia menilai deflasi di bulan Agustus bisa membuat inflasi yoy sesuai dengan target. Padahal, menurutnya ini terjadi di tengah kondisi ekonomi global yang tidak stabil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menjadi salah satu komponen yang penting, karena kita semua tahu dalam kondisi global market environment yang cukup volatile, isu stabilitas menjadi penting untuk bisa menjangkarkan confidence," sambungnya.
Baca juga: BPS: Agustus Deflasi 0,05% |
Lebih lanjut Sri Mulyani memastikan, pemerintah akan terus menjaga penyebab maupun potensi inflasi pada bulan selanjutnya. Langkah tersebut akan dilakukan bersama berbagai pihak, termasuk dengan Bank Indonesia (BI).
"Untuk itu kita akan terus menjaga seperti yang selama ini sudah dikomunikasikan sumber inflasi, potensi, pada bulan-bulan ke depan, seperti harga pangan, kemudian kalau sampai terjadi imported inflation karena adanya nilai tukar, lalu ada seasonal pada akhir tahun adalah demand driven," paparnya.
"Kita akan melihat faktor-faktor ini bersama BI untuk terus kita jaga. Agar jangkar stabilitas bisa diperkuat," tutup dia.
Sementara itu, menurut Kepala BPS Suhariyanto komponen yang menyumbang deflasi di bulan Agustus adalah penurunan harga telur hingga harga tiket pesawat udara.
"Agustus 2018 terjadi deflasi 0,05% terutama dipengaruhi harga telur ayam, kedua bawang merah, ketiga tarif angkutan udara," tutup dia.