Jaga Rupiah, BI Putar Otak Pangkas Defisit Transaksi Berjalan

Jaga Rupiah, BI Putar Otak Pangkas Defisit Transaksi Berjalan

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 05 Sep 2018 19:20 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Salah satu yang menjadi fokus Bank Indonesia (BI) dalam menstabilkan nilai tukar rupiah khususnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) adalah memperbaiki transaksi berjalan yang masih defisit.

Hal itu diungkapkan Gubernur BI Perry Warjiyo saat rapat kerja (raker) dengan Komisi XI DPR tentang penjelasan BI soal pelemahan rupiah, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Perry menjelaskan fundamental ekonomi mulai dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih cukup bagus dan bisa menahan gejolak nilai tukar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang fokus kita tangani adalah kondisi defisit transaksi berjalan (CAD), ini yang harus menjadi fokusnya," kata Perry.

Dengan perbaikan CAD, kata Perry, maka kebutuhan valas dalam hal ini dolar AS pun bisa terpenuhi. Dengan menjadi fokus, BI juga memproyeksikan CAD turun ke level 2,5% di 2018, dan kembali turun ke level 2% pada akhir tahun depan.

Tercatat, defisit sepanjang kuartal II-2018 mencapai US$ 8 miliar atau lebih tinggi dari periode kuartal I tahun ini yang mencapai US$ 5,7 miliar.



Adapun untuk memperbaiki CAD Bank Indonesia mendukung beberapa langkah pemerintah seperti penerapan program biodiesel 20% (B20) sebagai bahan campuran di BBM jenis Solar.

Menurut Perry, penerapan B20 ini mampu memberikan devisa cukup besar dan bisa membuat defisit transaksi berjalan semakin mengecil. Karena, ketika B20 berjalan maka akan ada penghematan devisa impor, mendapatkan devisa dari kegiatan ekspor yang jika ditotal sekitar US$ 9-10 miliar.

"Ini menurunkan defisit CAD," tambah dia.

Selain itu, BI juga mendorong langkah pemerintah mengeruk devisa dari sektor pariwisata dengan penambahan anjungan di Bali, dan pengoperasian Bandara New Jogja pada Maret 2019.

"Akan ada tambahan wisman minimal 400 ribu, ada tambahan US$ 400 juta tambahan devisa, itu yang akan nambah devisa," jelas dia.

Tidak hanya itu, perbaikan CAD juga dilakukan dengan penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) impor kepada 900 komoditas yang merupakan barang konsumsi, serta penundaan beberapa proyek yang belum mencapai tahap financial closing.

"Ini supaya kebutuhan devisa bisa untuk ke depan, sehingga untuk 2019 CAD akan menurun signifikan dan bisa mendorong stabilitas nilai tukar," tutup dia.

(hek/eds)

Hide Ads