Melihat kondisi ini, Komisi XI DPR RI kemudian memanggil Bank Indonesia (BI) untuk meminta penjelasan terkait kondisi rupiah. Pimpinan bank sentral Perry Warjiyo pun menghadap.
Namun begitu, kondisi rupiah yang terkapar ini hanya dibahas oleh segelintir orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di meja pimpinan rapat terlihat dua orang. Sementara, di sebelah kanan meja pimpinan kursi yang diisi anggota kurang dari 5 orang. Hal itu juga terlihat di sisi kiri meja pimpinan.
Padahal, saat pimpinan rapat membacakan jumlah peserta rapat, yang mengisi daftar hadir mencapai 18 orang dari 7 fraksi.
Anggota DPR pun ada yang tidak mengikuti rapat sampai habis. Anggota Komisi XI Johnny G Plate misalnya, dia meninggalkan rapat sebelum usai.
![]() |
Lebih lanjut, Pimpinan Rapat Komisi XI Muhammad Prakosa mengatakan, rapat ini diselenggarakan karena rupiah terdepresiasi cukup dalam. Sebagai mitra, DPR memanggil BI untuk mendengar penjelasan lengkap terkait rupiah.
"Depresiasi ini jadi perhatian kita karena sudah cukup dalam, per hari ini 5 September US$1 sudah Rp 14.924, sudah jauh dari asumsi makro kita sebesar Rp 13.400," ujarnya, di Komisi XI DPR RI Jakarta, Rabu (5/9/2018).
Prakosa bilang, pelemahan ini dikhawatirkan akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.
"Saat ini dalam jangka pendek belum melihat titik terang kalau masuk terowongan gelap ini, dan diharapkan suatu upaya termasuk terobosan yang bisa kita harapkan dari teman kita di BI sebagai otoritas moneter terkait pelemahan rupiah," terangnya.