Sri Mulyani mengatakan realisasi defisit anggaran per 31 Agustus 2018 tersebut lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun 2017.
"Defisit (anggaran) Rp 150 triliun, tahun lalu Rp 220 triliun, ini perbaikan postur (APBN) kita," kata Sri Mulyani di ruang rapat Komisi XI DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun lalu, primary deficit Rp 84 triliun, dan menjadi 11 triliun. Perbaikannya jauh lebih nyata," ungkap dia.
Meski demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku tetap berhati-hati dalam menjalankan APBN terutama masih adanya ketidakpastian global, mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, kebijakan normalisasi ganda AS, hingga krisis ekonomi di negara berkembang seperti Turki, Argentina.
Pasalnya, ketidakpastian tersebut menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah. Sebab, dengan kebijakan normalisasi moneter di AS membuat banyak arus modal keluar atau capital outflow dari negara berkembang seperti Indonesia.
Dian mengatakan, penerimaan negara sampai 31 Agustus 2018 telah mencapai Rp 1.152,7 triliun atau 60,68% dari target Rp 1.893,5 triliun.
Dia menyebut, realisasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama di tahun 2017 yang hanya sebesar 11%.
Saksikan juga video 'Mei 2018, Neraca Perdagangan RI Defisit US$ 1,52 Miliar':
(hek/eds)