Bisnis Dangote meliputi banyak jenis industri, termasuk sektor minyak dan gas bumi, barang-barang konsumsi dan manufaktur. Sekitar 80% dari pendapatan konglomeratnya berasal dari Dangote Cements yang telah mampu memproduksi sebanyak 44 juta ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat 33% hingga 2020.
Dangote juga memiliki kilang gula terbesar kedua di dunia. Seluruh perusahaannya yang melantai di bursa efek Nigeria jika dihitung menguasai seperempat nilai kapitalisasi pasar dari seluruh jumlah emiten yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kakek Dangote, Sanusi Dantata, pernah disebut sebagai salah satu orang terkaya yang tinggal di Kano. Kakeknya itu memiliki bisnis dengan menjual komoditas seperti gandum dan beras.
Setelah menghabiskan sebagian besar masa kecilnya bersama kakeknya, Dangote dengan cepat menjadi tertarik dalam dunia bisnis.
"Saya ingat ketika saya masih di sekolah dasar, saya pergi membeli kotak permen dan saya akan mulai menjualnya hanya untuk menghasilkan uang. Saya sangat tertarik dalam bisnis, bahkan pada waktu itu," tuturnya.
Dangote terus melanjutkan pendidikannya hingga lulus dari Universitas Al-Azhar, salah satu universitas Islam bergengsi di Mesir. Di sanalah dia melanjutkan pendidikannya dalam bisnis.
Setelah lulus kuliah 1977, Dangote meminjam uang kepada pamannya sebesar US$ 3.000 untuk memulai bisnis. Dana itu untuk mengimpor komoditas pertanian dan menjualnya di Nigeria. Dua barang impor utamanya adalah beras dari Thailand dan gula dari Brasil.
Dia kemudian menjual barang-barang itu secara ritel dengan margin yang cukup menguntungkan. Usahanya itu dengan cepat berkembang. Kala itu laba bersihnya sudah mencapai US$ 10.000. Dengan keuntungan itu dia bisa membayar utang pamannya dalam waktu hanya 3 bulan.
Pada 1997, Dangote menyadari bahwa berbisnis hanya sebagai perantara tidak akan berkembang, sehingga dia mulai membangun pabrik yang menghasilkan apa yang telah dia impor dan jual selama 20 tahun sebelumnya.
Perusahaannya mulai memproduksi pasta, gula, garam, dan tepung. Sekitar waktu yang sama, Dangote dianugerahi perusahaan semen milik negara.
Dangote secara signifikan memperluas operasi perusahaan pada tahun 2005 dengan membangun pabrik manufaktur bernilai jutaan dolar. Pembangunan ini dibiayai dengan uang Dangote sendiri sebesar US$ 319 dan pinjaman US$ 479 juta dari Korporasi Keuangan Internasional Bank Dunia.
Dangote selalu menginvestasikan kembali sebagian besar keuntungannya kembali ke bisnisnya. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa perusahaannya berkembang pesat sejak awal.
Dangote beberapa tahun yang lalu juga mulai memasuki bisnis industri minyak dan gas, sektor yang sengaja dihindari sebelumnya. Dangote memang berbeda dengan pebisnis Nigeria kebanyakan yang memilih untuk terjun di industri migas.
Dangote membeli sebuah kilang minyak di Lagos pada 2007. Dia berharap bahwa kilang itu akan secara signifikan mengurangi ketergantungan Nigeria pada pemasok migas internasional. Kilang itu diharapkan menghasilkan setengah juta barel minyak per hari.
(ang/ang)