Bos IMF, Ibu Rumah Tangga dan Tantangan Sri Mulyani

Bos IMF, Ibu Rumah Tangga dan Tantangan Sri Mulyani

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 09 Okt 2018 18:30 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Nusa Dua - Acara pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank sudah digelar sejak Senin lalu. Salah satu acara yang digelar hari ini adalah seminar tentang perempuan, bertajuk Empowering Women in the Workplace.

Adapun yang menjadi pembicara adalah perempuan-perempuan hebat di dunia mulai dari Managing Director IMF Christine Lagarde, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Deputi Gubernur Bank of Canada Carolyn Wilkins, Direktur Eksekutif International Women's Rights Action Watch, Asia Pacific Priyanthi Fernando, Executive Secretary of the United Nations Economic Commisiion for Africa Vera Songwe.

Dalam acara ini dibicarakan pentingnya peran perempuan dalam dunia kerja dan pertumbuhan ekonomi di negaranya. Kemudian saat seminar Sri Mulyani sempat menantang Lagarde untuk mengkaji usulannya, yakni kegiatan perempuan dalam mengurus rumah tangga seperti mengasuh anak agar dimasukkan dalam komponen produk domestik bruto (PDB). Sri Mulyani menyebutkan kegiatan ini memiliki nilai yang tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kan tidak ada nilainya di komponen perhitungan PDB. Ayo Christine saya tantang kamu untuk melakukan itu lewat IMF, kamu bisa Christine," kata Sri Mulyani dalam seminar di Hotel Westin, Nusa Dua, Selasa (9/10/2018).


Christine Lagarde dan Sri Mulyani merupakan teman lama. Mereka pertama kali bertemu di sebuah acara pertemuan G20 beberapa tahun lalu. Saat itu Sri Mulyani masih menjabat Menteri Keuangan di kabinet Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Lagarde saat itu juga masih menjadi Menteri Keuangan Prancis.

"Saya ingat sekali waktu pertama bertemu Christine, dia masuk ke ruang rapat dan menanyakan. Apakah ada perempuan di sini? Oh ternyata ada dan hanya kami berdua. Lalu kami sejak saat itu mulai bertukar pikiran soal perempuan di dunia," imbuh dia.


Karena itu mereka kompak membahas tentang kontribusi perempuan memberi manfaat baik untuk keluarga, ekonomi dan masyarakat.

Di Indonesia, wanita masih dinilai sebagai sumber kedua pencari sumber penghasilan bagi keluarga. Banyak perempuan muda yang sangat semangat saat mulai bekerja tetapi kemudian harus berhenti bekerja saat mulai menikah, hamil dan melahirkan.

Mengurus rumah tangga dipandang sebagai tugas utama perempuan. Mereka harus membawa peran sebagai seorang ibu, dan pekerjaan domestik rumah tangga dibebankan kepada perempuan. (kil/ara)

Hide Ads