Polemik berawal usai Mendag memutuskan impor beras pada Februari 2018. Kebijakan impor diambil lantaran harga beras terus melonjak, terutama kualitas medim, di atas harga eceran tertinggi Rp 9.450/Kg.
Baca juga: Jutaan Ton Beras Impor Banjiri Indonesia |
Selain itu pasokan beras ke gudang beras juga seret karena masa panen terjadi saat musim hujan. Izin kuota impor dikeluarkan sebanyak 2 juta ton secara berkala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan Februari-April adalah masa panen sehingga tak diperlukan impor beras. Persoalan ini semakin meruncing karena beras impor masuk di tengah masa panen. Protes pun datang dari petani yang meminta pemerintah menyetop impor beras.
Mendag pun berusaha meredam ketegangan yang terjadi dengan menyatakan impor beras adalah keputusan rapat koordinasi (rakor) di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian. Dalam rakor hadir pula pihak Kementerian Pertanian.
Bahkan, menurut Mendag, Mentan juga setuju kuota impor beras naik dari 500.000 ton menjadi 2 juta ton. Dia menjelaskan keputusan tersebut sudah dibahas dengan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Direktur Utama Bulog, Budi Waseso (Buwas).
"Mentan, Dirut Bulog hadir, Mentan hadir, saya hadir. Setelah melihat perkembangan dari stok yang ada, maka kita harus impor. Gitu keputusannya dan sudah disetujui semua," kata dia usai menghadiri Seminar Sawit Nasional, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (20/8/2018).
Tak cuma Mentan, Budi Waseso yang kini menjadi nakhoda Bulog juga sempat berpolemik dengan Mendag. Pria yang akrab disapa Buwas itu meminta impor beras segera disetop.
Alasannya Bulog juga terus menyerap beras dari petani, selain beras impor. Pasokan beras yang terus menerus masuk membuat gudang Bulog tak mampu lagi menampung
Buwas sempat meminta Kementerian Perdagangan membantu mencari gudang untuk Bulog. Mendag membalas permintaan Buwas dengan mengatakan impor beras merupakan urusan Bulog dan bukan Kemendag.
Ucapan tersebut pun memicu amarah Buwas hingga akhirnya mengatakan 'matamu' untuk merespons pernyataan Mendag.
"Saya bingung ini berpikir negara atau bukan. Coba kita berkoordinasi itu samakan pendapat, jadi kalau keluhkan fakta gudang saya bahkan menyewa gudang itu kan cost tambahan. Kalau ada yang jawab soal Bulog sewa gudang bukan urusan kita, matamu! Itu kita kan sama-sama negara," kata Buwas beberapa waktu lalu.
Saat ditemui September kemarin Buwas meminta persoalannya dengan Mendag tidak diungkit lagi. Buwas tak ingin masalahnya diperpanjang dan dibahas lagi. Yang jelas, dari kuota 2 juta ton itu, Bulog hanya merealisasikan 1,8 juta ton.
"Sudah lah, itu nggak usah diperpanjang," kata Buwas di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta, Senin (24/9/2018). (hns/hns)