Cerita Bank Dunia Bantu China hingga Maroko Atasi Sampah di Laut

Cerita Bank Dunia Bantu China hingga Maroko Atasi Sampah di Laut

Aditya Mardiastuti - detikFinance
Selasa, 30 Okt 2018 18:20 WIB
Foto: Aditya Mardiastuti/detikcom
Nusa Dua - Wakil Presiden Bank Dunia bidang pembangunan berkelanjutan, Laura Tuck, mengajak masyarakat internasional bekerja sama mencari solusi untuk menangani sampah-sampah di laut. Dia kemudian memaparkan sejumlah bantuan yang telah dilakukan Bank Dunia untuk China hingga Maroko

"Masalah sampah di laut bukan hanya terjadi di Indonesia. Saya ingin menunjukkan sejumlah contoh yang dilakukan World Bank untuk mengangkat masalah ini menjadi isu dunia. Kami membiayai investasi, mendukung reformasi kebijakan dan peraturan, melaksanakan analisis dan bekerja dengan kemitraan untuk membangun pendekatan kolektif yang konsisten," kata Laura Tuck di acara Tackling Marine Plastic Pollution di hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Selasa (30/10/2018).


Laura Tuck kemudian menyontohkan beberapa negara yang telah dibantu World Bank, seperti China hingga Maroko. Masing-masing negara dibantu sesuai kebutuhan dalam hal pengelolaan sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di China, Bank Dunia membantu Kota Ningbo meningkatkan volume dan pangsa daur ulang limbah padat kota, yang dicapai dengan memperkenalkan pemilahan sampah di sekitar 640.000 rumah tangga- mencapai lebih dari 2 juta orang. Sejauh ini, layanan pemilahan sampah ini telah diperluas menjadi sekitar 550.000 rumah tangga, termasuk di negara-negara pulau kecil seperti Kepulauan Marshall, Tuvalu dan Kepulauan Solomon," paparnya.


Laura Tuck juga menyebut sejumlah negara juga sedang berupaya meningkatkan daur ulang sampah, seperti Maroko. Dia menambahkan Bank Dunia juga turut membantu memodernisasi sistem pengelolaan limbah di beberapa negara.

"Di Maroko, pemerintah bertujuan untuk meningkatkan bagian bahan daur ulang dari 5 persen pada tahun 2016, hingga 20 persen pada tahun 2022, dan Bank mendukung mereka untuk memodernisasi sistem pengelolaan limbah mereka, termasuk di situs-situs seperti Oum Azza, dekat Rabat. Pemungut sampah tradisional, yang sebelumnya mengais-ngais tumpukan sampah sekarang telah bekerja di koperasi daur ulang Oum Azza, menyortir sekitar 2.200 ton sampah per tahun dan, sekitar 15 persen pekerja adalah perempuan," urainya.


Laura menambahkan Bank Dunia juga mendukung proyek-proyek tentang lingkungan. Di antaranya pelarangan penggunaan kantong plastik hingga styrofoam untuk wadah makanan.

"Di Grenada, Bank Dunia mendukung reformasi untuk melarang wadah makanan styrofoam dan kantong plastik. Kami juga baru saja meluncurkan platform baru yang disebut PROBLUE yang akan mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kesehatan laut kami, dengan fokus khusus pada polusi laut," ucapnya.

Dia optimistis program Problue ini bakal mendorong inovasi model bisnis baru yaitu mengubah sampah menjadi bernilai. Dia menyebut Problue ini didukung negara seperti Norwegia, Kanada, Swedia, Jerman, Denmark, Islandia, Prancis dan Komisi Eropa.


"Sejauh ini, donasi senilai US$ 100 juta dolar telah dijanjikan dan kami mengharapkan donor lain untuk bergabung," ucapnya.

Terakhir dia mengajak seluruh peserta yang hadir untuk ambil bagian memerangi polusi laut. Lewat forum diskusi tersebut dia berharap bisa menghasilkan gagasan baru yang bisa memberi inspirasi.

"Saya pikir sudah jelas bahwa sekarang ada momentum global untuk mengatasi polusi laut dan semua orang di ruangan ini berkontribusi terhadap upaya itu. Saya harap diskusi hari ini akan memicu ide-ide baru dan menginspirasi kita semua untuk menemukan solusi yang bisa diterapkan yang membuat lautan kita sehat dan produktif sehingga generasi mendatang akan terus berkembang," pungkasnya. (ams/hns)

Hide Ads