Apalagi ketika anda merasa bahwa mengelola emosi itu penting sehingga anda cenderung menghambur-hamburkan uang untuk hal ini. Apa saja yang bisa anda lakukan untuk mengelola emosi tersebut dan berapa besar sih biayanya serta perlu ga menyiapkan biaya emosional tersebut?
Diri menjadi lebih tenang, segar dan bermanfaat
Jika kita mempunyai me time dengan jadwal yang jelas dan baik, maka ini akan membuat kamu menjadi pribadi yang tenang, tenang dalam berpikir, tenang dalam menyelesaikan masalah dan bisa lebih dewasa dalam mengambil sikap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Me time akan membuatmu untuk bisa menghargai dan menyayangi diri sendiri
Me time adalah salah satu cara supaya kamu bisa lebih intropeksi diri. Apa yang selama ini kamu rasa kurang dan perlu kamu tingkatkan di kemudian hari.
Singkirkan sejenak pikiran seputar kerja,tugas, atau pertengkaran. Menyediakan waktu uuk diri sendiri akan membuatmu kembali berkonsentrasi pada apapun yang akan kamu hadapi selanjutnya. Konsentrasimu akan meningkat tajam dengan menyediakan waktu untuk diri sendiri.
Setelah sempat berhenti melakukan rutinitas seperti biasa,otakmu akan kembali segar dan bisa diajak berpikir secara tepat dan cepat selanjutnya.
Menyingkir sejenak dari segala hiruk pikuk rutinitasmu, biakan otak dan tenagamu berhenti melakukan hal-hal yang berat. Rehat sejenak dan me time akan memebantu kita untuk merevitalisasi tubuh dan otak kita.
Berarti penting banget kan punya emotional cost di sela-sela kesibukan dan segudang aktifitas sehari-hari. Pasti kita nggak mau kan wajah jadi kusam, terlihat lebih tua dan bad mood terus-terusan dong?
Dijamin orang lain yang melihat juga pasti malas dekat-dekat kita deh. Banyak penelitian kalau menyediakan emotional cost terkesan boros. Untuk me time aja ada anggarannya, kenapa kita harus menyediakan emotional cost juga?
Biar kamu ada gambaran, simak deh simulasi budget keuangan pribadi untuk emotional cost yang bisa kamu terapkan. Akan lebih baik bila sebelumnya terapkan dulu, berapa banyak sih dari penghasilan kamu sebulan yang bisa dikeluarkan demi untuk emotional cost? Lets say 10% ya idealnya.
Ada contoh kasus klien nih, dan mungkin saja ini mirip dengan contoh kasus anda. Panggil saja Caca seorang karyawati perusahaan swasta yang cukup ternama.
Caca mempunyai pekerjaan dan tanggung jawab yang besar. Terkadang pekerjaan tersebut membuat caca penat. Dan caca membutuhkan emotional cost untuk mengatasi kepenatan aktivitasnya.
Penghasilan Caca per bulan Rp 20 juta. Apa saja Me time per bulan yang bisa Caca lakukan? Akan kita bahas secara lengkap di artikel berikutnya.
Baca juga: Perlu Nggak Sih Emotional Cost? (1) |
Kaget kan kalau ternyata biaya emosional bisa dibuatkan bujet juga? Detil tentang melakukan bujetin dibahas di workshop perencana keuangan yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.
Di Jakarta dibuka workshop sehari tentang bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari tentang Reksadana. Ada juga workshop khusus tentang Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.
Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.
Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan sertifikat Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)
Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.
Baca juga: Tunai atau Kredit? (2) |
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel. (ang/ang)