Menurut ekonom Bank Permata, Josua Pardede, sentimen global yang positif salah satunya didorong oleh harapan terhadap negosiasi perang dagang AS-Cina pada KTT G20 di Argentina.
"Dari sisi dolar kecenderungannya tertekan belakangan, karena ada optimisme dan harapan negosiasi antara Amerika dan Tiongkok di KTT G20," tuturnya saat dihubungi detikFInance Senin malam (26/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Josua juga menuturkan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia juga membantu sektor keuangan menguat. Ditambah lagi modal asing yang makin banyak masuk ke dalam sektor keuangan domestik.
"Tren modal asing juga sudah masuk lewat pasar obligasi, terlebih lagi dengan penurunan imbal hasil (yield) yang mendorong harga obligasi naik akibat tingginya permintaan pasar, hal ini dapat menguatkan rupiah juga," imbuhnya.
Selain itu Josua juga mengatakan perjanjian dagang di Eropa juga dapat membantu menguatkan mata uang negara berkembang. Karena investor akan menjadi lebih bebas bergerak tanpa risiko Brexit dan fiskal Italia.
"Salah satunya adalah keputusan perjanjian dagang Brexit antara Inggris dengan Uni Eropa. Selain itu defisit fiskal yang diturunkan oleh pemerintah Italia juga dapat memberi angin segar terhadap perekonomian negara berkembang dan Asia," tambahnya.
Baca juga: Mantap! Rupiah Perkasa Lawan Semua Mata Uang |
Terakhir, Josua menyampaikan bahwa harga minyak dunia yang menurun dapat membantu Indonesia mengurangi defisit transisi berjalan. "Ya itu bisa mengurangi defisit transisi berjalan kita, sebelumnya kan kita terkendala defisit yang migas yang membengkak," katanya. (dna/dna)