Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penguatan tersebut terjadi karena mulai kembalinya rasa kepercayaan investor asing dengan kebijakan yang pemerintah lakukan.
"Ini terbukti dari aliran modal asing yang masuk terus meningkat, ini tentu saja menambah supply dan memperkuat nilai tukar rupiah dan bagaimana ekonominya membaik serta stabilitas yang terjaga," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (30/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan, faktor kedua penyebab nilai tukar rupiah menguat adalah semakin bekerjanya mekanisme pasar dan terobosan kebijakan yang baik. Sekarang juga ada transaksi pasar uang yang tak hanya spot tapi juga swap hingga Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
Kemudian ada juga faktor global seperti mulai adanya proses perundingan terkait ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. "Ada juga kebijakan Gubernur The Fed Jerome Powell yang menyatakan soal kebijakan bunga," imbuh dia.
BI masih tetap berekspektasi The Fed akan menaikan bunga akhir tahun ini hingga tahun depan. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi bank sentral untuk menghadapi gejolak ekonomi ke depan.
Namun Perry menjelaskan meskipun nilai tukar rupiah menguat, saat ini masih di bawah harga pasar. "Kami masih melihat nilai rupiah masih undervalued ya meski sudah stabil," jelas dia.
Tonton juga 'Rupiah Mulai Perkasa, Jokowi: BI Keluarkan Taringnya':