Nasib Rupiah Ada di Tangan Trump dan Xi Jinping

Nasib Rupiah Ada di Tangan Trump dan Xi Jinping

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 30 Nov 2018 14:50 WIB
Foto: BBC World
Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan. Rupiah yang sempat menyentuh di kisaran Rp 15.200, kini berada di Rp 14.300 per dolar AS.

Namun, tren penguatan itu pun masih bersifat sementara, karena pasar masih menunggu pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di forum G20 Argentina.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pergerakan rupiah masih dibayangi ketidakpastian dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya, apa misalnya, hari ini G20 mulai. Kalau Trump nggak ketemu Xi Jinping atau ketemu tapi tidak ada kesepakatan untuk meredakan perang dagang, ya pasti ada tekanan lagi," kata Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (30/11/2018).


Darmin menilai, nilai tukar rupiah masih memiliki ruang penguatan. Oleh karenanya, pertemuan Trump dengan Xi Jinping di G20 akan memberikan gambaran terhadap pasar mengenai perang dagang.

"Artinya, Trump ketemu Xi Jinping walaupun nggak hebat bener tetapi ada peredaan, kita masih punya ruang untuk penguatan rupiah," ujar dia.

Mantan Gubernur BI ini pun tidak tanggung-tanggung bahwa penguatan rupiah bisa ke level Rp 13.000 per dolar AS. Namun, sekali lagi Darmin menegaskan hal itu bisa terjadi jika perekonomian tenang tanpa dibayangi perang dagang. Apalagi, jika The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan di Desember 2018.

"Masih bisa tembus ke arah Rp 13.000, punya, kita masih punya ruang itu. Dengan catatan nggak ada kejadian aneh-aneh lagi," kata dia.


Kendati demikian, Darmin mengungkapkan bahwa pemerintah akan memanfaatkan momentum penguatan rupiah terhadap dolar AS sebagai ajang menarik investasi masuk Indonesia.

"Sehingga transaksi modal dan finansial bisa mengimbangi defisit transaksi berjalan, maka kita mestinya akan mengarah ke fundamentalnya kembali kursnya dan sebagainya. Itu sebabnya, sebenarnya, ya ke depan kita harus fokus mengecilkan CAD," ungkap dia. (hek/ara)

Hide Ads